Wanita Berkacamata Tebal
Tak ada yang spesial yang terlihat
pada sosok wanita berusia 21 tahun dengan peawakan sedang berkulit putih lagi
berkacamata tebal itu, tidak cantik, tidak kaya, tidak pintar pula, sifatnya
pemalu serta kurang mampu berinteraksi dengan khalayak ramai. Lahir dari
keluarga tidak kaya tidak miskin pula tapi sederhana, dia biasa dipanggil Amah
oleh ayahnya sebagai panggilan sayang, sekali lagi tak ada yang spesial pada
wanita ini, selain tidak cekatan dalam bidang akademik dia juga tak mempunyai
kemampuan atau bakat bawaan lahir yang biasa digadang-gadangkan setiap orang,
apalagi jika orangtuanya mempunyai suatu bakat atau keahlian khusus tentu seperti pepatah berujar “buah tidak akan
jatuh jauh dari pohonnya”, tapi pepatah itu tidak berlaku pada Warmah karena
orangtuanya tak jauh berbeda dengannya tak ada bakat atau keahlian khusus yang
dimiliki orangtuanya, hanya berasal dari keluarga buruh serabutan, maka tak ada
analogi atau ibarat yang indah bisa menghibur hati Warmah wanita yang baru saja
genap berusia 21 tahun sehari yang lalu itu.
Orang yang berkacamata sering
diidentikan dengan kutu buku, orang yang rajin membaca buku, untuk kali ini
istilah kutu buku tepat dilekatkan pada sosok Warmah, sejak masik di taman
kanak-kanak Warmah memang gemar membaca buku, sebagian besar waktunya
dihabiskan untuk membaca mungkin karena terlalu sering membaca dengan jangka
waktu yang cukup lama menjadi salahsatu penyebab matanya membutuhkan kacamata
dalam segala aktivitas yang menggunakan indra penglihatan, tapi tak hanya itu
yang menjadi penyebabnya Warmah juga sejak kecil gemar atau lebih tepatnya lagi
sering diajarkan menonton film-film kartun oleh ayahnya jika hendak ditinggal
bekerja, alasannya agar Warmah anteng dirumah meski tak ada teman, akhirnya
Warmah menjadi ketagihan menonton film-film kartun bahkan hingga saat ini
Warmah masih suka menonton kartun seri barbie yang biasa ada di televisi entah
itu suatu kewajaran diusianya yang menginjak dewasa ataukah keterlambatan
perkembangan?, memang Warmah sedikit sulit dan lambat dalam perkembangannya,
selain itu ia juga agak sulit dan lambat dalam menerima pelajaran-pelajaran
baru. Tapi dianara kekurangan yang ada pada diri Warmah anaknya itu ada satu
hal yang membuat ayah Warmah mampu tersenyum pulas melihat anaknya itu, tak lain karena barusaja ia melihat anaknya
mengenakan toga kebanggaan pertanda baru saja anaknya menjadi sarjana, tepatnya
sarjana dibidang akuntansi meskipun dengan nilai atau predikat yang pas-pasan.
6 bulan sudah berlalu pasca
kelulusan Warmah dari universitasnya, namun ia tak jua mendapatkan pekerjaan,
hingga suatu ketika ayahnya menanyakan,
“
Amah, kamu kan sudah 6 bulan lulus kuliah, tapi kenapa kamu masih dirumah? Gak
kerja ” pertanyaan dilontarkan oleh Mardi ayah Marwah
“
Maafkan aku ayah, sudah puluhan lamaran aku kirimkan pada perusahaan-perusahaan
disekitar kita, tapi tak ada satupun yang mau menerima ku,”
“
Tapi kenapa nak?, bukankah kamu seorang sarjana S1?”
“
Yang dibutuhkan itu bukan nhanya ijazah tapi kemampuan terutama penmapilan juga
harus menarik, dari beberapa perusahaan ada yang menolak Amah Cuma gara-gara
penampilan Amah tidak menarik Amah jelek yah?”
Mardi
tak menjawab pertanyaan putri semata wayangnya itu, dan bergegas keluar rumah
sederhananya itu, menuju tempat ia bekerja saat ini sebagai kuli bangunan dalam
pembangunan gedung pemerintahan diwilayahnya, Mardi berjalan lambat melamum
membawa segudang penyesalan.
Terbesit penyesalan dalam benak
Mardi, karena ia dulu telah membiarkan istrinya yang bernama Sumirah itu
mengadukan nasib ke Arab Saudi, ketika Warmah masih berusia 2 tahun, hingga tak
ada yang mengajarkan bagaimana caranya bersolek serta memainkan lipstik di bibir, memoleskan bedak pada
wajah, mengenakan wewangian yang pas, kini akibatnya anaknya itu tak bisa
mengurus dan memantaskan diri sebagai seorang perempuan, penyesalannya
berlanjut atas kebodohannya yang tuna aksara, karena ia tak pernah bisa megajarkan
apapun yang berkaitan dengan pelajaran sekolah, pada anaknya, karna memang
Mardi tak pernah mengenyam bangku sekolah, meski sekolah dasar sekalipun,
karena zaman dahulu sekolah dianggap kurang penting dan buang-buang waktu saja.
Kini ia baru sadar bahwa ilmu itu penting karena pada hakikatnya ilmu adalah
akar dari semua sisi yang ada pada elemen-elemen kehidupan, hidup akan seraya
mengambang diatas gurun pasir yang dihantui fatamorgana tanpa henti tanpa ilmu.
Satu persatu tetes airmatanya mengalir dan menyatu bersama keringat lelah yang
mengucur dari seluruh pori-pori tubuhnya karena bekerja mengangkut batu dari
truk mnggunakan gerobak menuju lokasi pembangunan. Airmatanya semakin deras
mengalir hingga mengalahan cucuran keringat yang belomba-lomba membasahi kulit
wajah laki-laki buruh ini, karena teringat akan istrinya yang tak pulang-pulang
selama 19 tahun lamanya, kabar terakhir yang ia dapat bahwa kini Sumirah telah
menikah dengan laki-laki Arab, diakui memang Sumirah amat cantik jika dikenakan
gaun maka kecantikannya mampu bersaing dengan putri-putri kerajaan di daratan
Eropa, berbeda jauh dengan anaknya si Warmah itu yang dikatakan bahasa kasarnya
jelek.
Berbeda dengan Mardi, kini Warmah
membulatkan tekadnya untuk merubah nasib yang selama ini seolah tak berpihak
padanya, ia selalu dikucilkan dimanapun ia berada hanya karena ia cupu dan
penampilannya nora dengan kacamata tebal yang selalu tak pernah absen menemani
kedua bola matanya, namun tak berarti niatnya sama mengikuti jejak ibunya menjadi TKW, tapi ia
mencoba peruntungan lain dengan mencoba berwirausaha karena tak ada perusahaan
manapun yang mau menerimanya, Warmah memberanikan diri berkeliling mencari
pelajaran dari para wirausahaawan untuk memulai usaha hingga saat itu ia tengah
berada disebuah pabrik industri tanpa diiduga sebelumnya ia dipertemukan dengan
Kevin, laki-laki setengah bule yang tampan lagi mapan serta terkenal dengan
kepintarannya itu, ketika kuliah adalah tan satu kelas Warmah, dan salahsatu
hobi dari Kevin adalah Warmah, eits! Hobinya bukan memandang Warmah tapi
mengejeknya, namun meski begitu semua hal yang menyakitkanpun akan menjadi
indah ketika hati dan cinta yang berbicara, krarena cinta mampu berkamuflase
tinggi menyamarkan rasa asam menjadi manis, sulit menjadi mudah, hitam pun
terlihat putih, raflesia terlihat bak eidelwais. Seketika aliran darahnya
mengalir lebih deras dari biasanya, degup di dadanya menjadi berkuadrat-kuadrat
lebih kencang, seolah tak mau ketinggalan kacamata tebalnyapun ikut merasa apa
yang dirasa pemakainya itu hingga ia mengembun karena hawa dingin yang mendadak
menyerang Warmah, karena rasa gerogi dan gugup melihat laki-laki yang mampu
memikat hatinya ketika kuliah, wajar Kevin memang tampan serta mapan wanita
mana yang tak jatuh hati pada Kevin?
“
hei, kamu kacamata tebal, ngapain disini?, mau ngelamar kerja/ gak bakal
keterima”
“
bukan, aku cuma mau ketemu Bu Rita,” jawabnya perlahan sambil menundukan
wajahnya
“
gak salah? Kamu mau ketemu sama ibu saya?”
Tak lama kemudian, Bu Rita datang
dengan riangnya dan menyambut hangat kedatangan Warmah.
“
ayo Warmah masuk keruangan Ibu kita
ngobrol”.
Satu jam lebih Warmah mengobrol
dengan Bu Rita ibunda dari teman sekaligus cinta pertamanya Kevin si laki-laki
setengah bule tepatnya indo dengan darah dan gen keturunan Arab, terlihat dari
tinggi semampai dan hidungnya yang mancung. Akhirnya Warmah mendapat pencerahan
dan semangat baru, tak terasa hari sudah sore sang waktu terus berpacu dengan
detik jarum jam yang terus melaju, senja telah tampakkan pesona eloknya warna
jingga mengantarkan sang mentari kembali keperaduannya. Warmah segera pulang
karena ia yakin ayahnya telah menunggunya dimeja makan, entah ada angin atau
badai apa, Warmah pulang diantar Kevin, tentu sepanjang perjalanan Kevin dan
Warmah saling membisu. Sesampainya dirumah Warmah dikagetkan dengan keadaan
ayahnya yang tengah merintih kesakitan karena kakinya tertimpa batu ketika di
proyek pembangunan, beruntung Kevin masih belum berpamitan akhirnya Kevin
mengantar ayah Warmah keklinik terdekat, sekali lagi entah ada apakah gerangan,
Kevin mendadak baik hati kepada Warmah, tak ada lagi cibiran kacamata tebal
karena mins pada mata Warmah.
Warmah memulai usahanya dengan
sedikt uang tabungan yang selama 3 tahun ia kumpulkan, kali ini nasib berpihak
baik padanya menjadikan usaha alat-alat elektroniknya Warmah berjalan lancar. Perekonomian
Warmah dan ayahnya semakin membaik hingga Mardi tak diperbolehkan bekerja lagi
oleh Warmah. Semakin akrab Kevin dengan Warmah karena sering bertemu sebagai
partner bisnis, bahkan keakraban mereka jauh lebih akrab dibanding ketika masih
duduk dikelas yang sama dibangku kuliah, perlahan Warmah mampu memperbaiki
penampilannya karena terpacu rasa cintanya pada Kevin meski Kevin tak sadar
itu.
Cinta datang karena terbiasa,
akhirnya sekian lama Warmah memendam rasa pada Kevin, rasa yang terkadang
mengundang ceria terkadang mengundang sedu sedan, sekali lagi cinta mampu
mengkamuflase bahkan mengubah secara manuver raflesia menjadi eidelwais. Kini
kevin membalas cinta Warmah dan meminangnya bahkan cinta Kevin kepada Warmah
amat dalam dan kuat, Kevin menerima betul segala apa yang ada pada Warmah,
banyak orang bertanya-tanya mengapa seorang Kevin mencintai sosok warmah si
cupu dan lugu itu, tapi lagi-lagi hanya cinta sejati yang mampu menjawab. Hingga
tak mau berlama-lama Kevin meminta
Ibundanya segera meminang Warmah. Seyogyanya pernikahan sebelumnya diadakan
prosesi lamaran oleh pihak mempelai pria, namun ketika Ibunda Kevin Bu Rita
menemui pak Mardi ayah Warmah, sesuatu tak terduga dan jauh dari bayangan
bahkan imajinasi tak pernah terbesit sedikitpun, ternyata Mardi dan Bu Rita
saling menuding pertanda saling mengenal bak teman lama yang tak telah lama tak
berjumpa.
“
Sumirah” ujar Mardi
“
Mas Mardi?”
“
Warmah kamu tidak bisa menikah dengan Kevin karena dia saudara satu kandung
dengan ibumu itu, dia ibumu Sumirah bukan Rita”
Seketika
Warmah jatuh pingsan, dan tak kalah terkejut Kevin terpaku lemas mendengar
pernyataam Mardi, sungguh sangat sulit dipercaya apalagi diterima.
“
Sumirah, jadi ini anak laki-laki Arab itu?, kenapa kamu tidak pernah bilang
jika kamu sudah berada dindonesia” menampar Rita
“
Maaf mas, aku takut bertemu denganmu karena aku telah menikah dengan majikan
saya di Arab dan mempunyai anak, tapi sekarang suamiku di Arab sudah meninggal”
“
sekarang kamu lihat, anak kita menjadi korbannya Warmah mencintai Kevin anak
orang Arabmu itu” penuh sinis
Pertengkaran
dan peluapan kemarahan Mardi pada Sumirah semakin menjadi-jadi dan tak ada
satupun hal yang mmapu padamkan amarah yang mengudara itu.
Warmah tersadar satu jam setelah
peristiwa mengejutkan itu, yang memberitakan bahwa ia adalah kaka kandung dari
Kevin hingga mereka tak bisa menikah, sedu sedan bertaut pilu menghantui Kevin
dan Warmah yang saling mencintai sebagai sepasang kekasih, hanya belati rasa
yang digadangkan dapat membunuh rasa cinta yang ada menjadi rasa cinta terhadap
sauara kandung adik dan kakak. Apa mau dikata mereka tak bisa menyatu, janur
kuning dan cincin tak jadi perhiasan, karena haram hukumnya menikah bagi
laki-laki dan perempuan sepersusuan. Mungkin kisah cinta Warmah dan Kevin
menjadi kisah fenomenal kedua bagi Mardi dan Rita atau Sumirah setelah kisah
cinta Romeo dan Juliet. Yang sama-sama harus membunuh cinta mereka karena tak
dapat menyatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar