PROPOSAL
PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah satu Tugas Matakuliah Seminar Problematika
Dosen
Pengampu Ujang Jamaludin M.Pd
Disusun
Oleh :
Nama
|
Nim
|
Halimatussa’diah
|
2227132467
|
Kelas:
VIIB
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2015
Kata
Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah yang
telah memberikan izin dan rahmat-Nya, sehingga atas hidayah serta kemudahan-Nya
peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika pada Konsep Operasi Hitung Campuran melalui Model Make A Match pada Siswa Kelas IV SD
NEGERI Panancangan 2”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat dan semoga syafaatnya sampai kepada para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Tentu tak lupa dengan pepatah yang
selalu mengingatkan kita bahwa, tak ada gading yang tak retak, sama halnya
dengan laporan ini, jika ada ketidaksesuaian atau kekurangan, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan, terutama kepada dosen pengampu matakuliah seminar
problematika dan umunya seluruh pembaca.
Serang, 15 Oktober 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................
i
DAFTAR ISI................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1
A. Latar
Belakang...................................................................................
1
B. Fokus
Kajian......................................................................................
3
C. Tujuan
dan Manfaat Penelitian..........................................................
4
BAB II KAJIAN TEORI...........................................................................
6
2.1 Model
Pembelajaran..........................................................................
6
2.2 Macam-macam
Model Pembelajaran.................................................
10
2.3 Media/alat
Peraga..............................................................................
16
2.4 Modul................................................................................................
20
2.5 Lembar
Kerja Siswa (LKS)...............................................................
24
BAB III METODELOGI PENELITIAN................................................ 28
3.1 Pengertian
Metodelogi Deskriptif.....................................................
28
3.2 Setting
dan Karakter Penelitian.........................................................
33
3.3 Pengolahan
Data................................................................................
34
3.4 Teknik
Pengumpulan Data.................................................................
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 39
4.1 Hasil
Penelitian..................................................................................
39
1.
Deskripsi Lokasi Penelitian..........................................................
39
2.
Deskripsi Subjek Penelitian.........................................................
39
3.
Pelaksanaan dan Observasi..........................................................
40
4.2 Pembahasan.......................................................................................
40
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.................................... 44
A.
Kesimpulan ..................................................................................... 44
B. Rekomendasi
................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 46
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
LEMBAR
PERSETUJUAN
SEMINAR
PROBLEMATIKA DI SD
PADA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA
KONSEP
OPERASI HITUNG
Mengetahui
Dosen Pengampu
|
|
Ujang Jamaludin, M.Si., M.Pd.
NIP. 197708012005011002
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran anak kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Matematika atau ilmu berhitung merupakan
suatu mata pelajaran merupakan suatu mata pelajaran yang selama ini dianggap
sebagai momok bagi anak. Mereka cenderug takut, bahkan tidak menyukai pelajaran
matematika. Mereka enggan belajar berhitung sehingga pada akhirnya tidak
memiliki pengetahuan yang memadai tentang matematika. Hanya sebagian kecil
siswa yang menyukai pelajaran matematika. Padahal matematika mata pelajaran
penting yang menentukan lulus tidaknya seseorang dalam menempuh jenjang
pendidikan sekolahnya.
Untuk meningkatkan minat dan menumbuhkan
rasa senang dalam pembelajaran matematik, guru harus pandai menggunakan atau
memanfaatkan alat peraga/media yang relevan, karena alat peraga merupakan
faktor penting dalam menanamkan konsep secara konkre, disamping itu juga sangat
membantu dalam meningkatkan dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar.
Guru sering mengalami kegagalan dalam
pembelajaran matematika karena pembelajaran disampaikan melalui pembelajaran
konvensional. Dalam arti metode yang digunakan hanya metode ceramah tanpa
variasi, serta kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran.
Materi operasi hitung campuran termasuk
materi yang sulit dipahami peserta didik Sekolah Dasar IV. Dengan penerapan model make a match dan pengalaman guru serta penggunaan media, maka
diharapkan pembelajaran tentang operasi hitung campuran ini tidak menjadi yang
terlalu sulit dimengerti peserta didik di tingkat Sekolah Dasar terutama pada
kelas IV.
Secara keseluruhan guru adalah figur
yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau
di sekolah seorang guru juga harus memiliki peranan penting yaitu sebagai
motivator yang mampu meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar
siswa. Bila seseorang telah memiliki motivasi dalam dirinya, maka ia secara
sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi diri dari
dirinya. Dalam belajar motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama dalam
belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali
melakukan belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik
selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran
yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang dibutuhkan
dan sangat berguna kini dan masa mendatang.
Model
make a match merupakan salah satu model pembelajaran
PAIKEM dan juga merupakan model Kooperatif Learning yang menghendaki
peserta didik bekerja sama secara
berpasangan, dimana setiap pesangan dapat aktif dalam menemukan konsep sarta
menyelesaikan soal dengan menyenangkan melalui bimbingan guru. Dalam
pembelajaran ini peserta didik terlibat langsung dalam menemukan konsep dan
mengkontruksi pengetahuan mereka untuk menyelesaikan masalah melalui diskusi
berpasangan sehingga tercapai pemahaman konsep dan pemahaman prosedural yang
memadai. Dengan model make a match
diharapkan peserta didik dapat aktif dalam pembelajaran dan mendapatkan
pemahaman konsep dan prosedural yang memadai untuk memahami materi operasi
hitung campuran.
Dengan demikian peneliti marasa perlu
untuk melakukan penelitian dengan judul “ Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
pada Konsep Operasi Hitung Campuran melalui Model Make A Match pada Siswa Kelas IV SD NEGERI Panancangan 2“.
1.2 Fokus Kajian
Berdasarkan latar belakang diatas
peneliti mengambil fokos kajian yaitu : ” Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
pada Konsep Operasi Hitung Campuran pada Siswa Kelas IV SD NEGERI Panancangan
2“.
Dengan
menggunakan :
a. Model
Model yang digunakan peneliti adalah
model Kooperatif Learning tipe ake a
Match.
b. Media/alat
peraga
Media yang peneliti buat adalah media
jadul, nama media tersebut adalah Learning Balls. Media ini memiliki arti bola
pembelajaran.
c. Modul
Nama
modul yang peniliti gunukan adalah Smart Book, yang artinya buku pintar.
d. Flash
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Untuk
meningkatkan hasil belajar matematika pda materi pokok operasi hitung campuran
siswa kelas IV Semester I SDN Panancangan 2 melalui penerapan model make a match
1.3.2
Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Bagi
peserta didik
1) Kompetensi
dibidang matematika, khususnya pada materi pokok operasi hitung campuran dapat
dicapai.
2) Hasil
belajar peserta didik kelas IV SDN Panancangan 2 dalam mata pelajaran
matematika khususnya materi pokok operasi hitung campuran dapat meningkat
3) Penerapan
model pembelajaran make a match dapat
dikembangkan atau diterapkan pada peserta didik dikelas-kelas yang lain.
b. Bagi
Guru SDN Panancangan 2
1) Adanya
inovasi baru model pembelajaran matematika yang menitikberatkan pada penerapan
model pembelajaran make a match
terbimbing.
2) Guru
memperoleh variasi model pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan
terutama dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan materi yang akan
diajarkan.
c. Bagi
Peneliti
1) Peneliti
memperoleh jawaban dari permasalahan yag ada dan mendapat pengalaman menerapkan
model pembelajaran make a match.
2) Adanya
sumbangan pemikiran untuk suatu variasi model pembelajaran yang lebih efektif
dan menyenangkan terutama dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan
materi.
d. Bagi
Sekolah
1) Diperoleh
panduan inovatif model pembelajaran make a
match yang diharapkan dapat diterapkan untuk kelas-kelas yang lain di SDN
Panancangan 2.
2) Diharapkan
dengan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan sumber pemikiran sebagai
alternatif meningkatkan kualitas pembelajaran khusunya dalam pembelajaran matematika
di SDN Panancangan 2.
BAB
II
KAJIAN
TEORITIK
2.1
MODEL
PEMBELAJARAN
2.1.1
Pengertian
Model
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran kelas atau dalam pembelajaran tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain. Kemudian Joyce menyatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarah kita untuk mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik sedemikian rupa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, model dan teknik
pembelajaran.
Joyce dan weil berpandapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum ( rencana
pembelajaran jangka panjang ), merancang bahan-bahan pembelajaran , dan
membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain ( joyce dan weil, 1980:1). Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
2.1.2
Model
Make a Match
- Pengertian
Model Make a Match adalah salah satu model dalam pembelajaran Kooperatif
Learning atau salah satu bentuk model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenanagkan (PAIKEM).
Make
a match adalah
teknik mengajar dengan mencari pasangan. Salah satu keunggulannya adalah siswa
belajar sambil menguasai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Pembelajaran model pembelajaran Make a match yaitu pembelajaran yang
teknik mengajarnya dengan mencari pasangan melalui kartu pertanyaan dan jawaban yang harus ditemukan
dan didiskusikan oleh pasangan siswa tersebut.
Model pembelajaran Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model
pembelajaran Make a Match adalah pembelajaran menggunakan kartu-kartu.
Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi soal dan kartu yang lainnya
berisi jawaban dari soal-soal tersebut.
Model pembelajaran Make a Match atau
mencari pasangan seperti difirmankan dalam al-qur’an surat yasin ayat 36, Yang
artinya : Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah
SWT telah menciptakan sesuatu di dunia ini dengan berpasang-pasangan, baik yang
diketahui oleh manusia maupun yang tidak diketahui oleh manusia. Salah satunya
adalah mengenai model pembelajaran Make a Match, dimana model pembelajaran ini
menggunakan permainan kartu, jadi siswa harus mencari pasangan kartu yang
dipegang.
- Langkah-Langkah
Teknik pembelajaran Make A Match
dilakukan di dalam kelas dengan suasana yang menyenangkan karena dalam
pembelajarannya siswa dituntut untuk berkompetisi mencari pasangan dari kartu
yang sedang dibawanya dengan waktu yang cepat.
Langkah-langkah proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut:
1) Guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu bagian soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2) Setiap
siswa mendapatkan satu buah kartu
3) Setiap
siswa memikirkan jawaban atau soal kartu yang dipegang
4) Setiap
siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
5) Setiap
siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan diberi poin
6) Setelah
satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya
7) Demikian
seterusnya
8) Kesimpulan/penutup
- Kelebihan dan Kelemahan
Setiap model pembelajaran memiliki
kelebihan dan kelemahan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya.
Begitu juga model pembelajaran Make a match, adapun kelebihan dan kelemahaannya
adalah sebagai berikut:
- Kelebihan
1) Siswa
dapat belajar dengan aktif karena guru hanya berperan sebagai pembimbing,
sehingga siswa yang mendominasi dalam aktifitas pembelajaran.
2) Siswa
dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam kartu yang
ditemukannya.
3) Dapat
meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
4) Dengan
penyelesaian soal (masalah), maka otak siswa akan bekerja lebih baik, sehingga
proses belajar pun akan menjadi lebih baik.
5) Siswa
dapat mengenal siswa lainnya, karena dalam proses pembelajaran terjadi
interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa untuk membahas soal dan
jawaban yang dihadapi
- Kelemahan
1) jika
strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang;
2) pada
awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan
lawan jenisnya;
3) jika
guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang
memperhatikan pada saat presentasi pasangan;
4) guru
harus hati-hati dan bijaksana saat member hukuman pada siswa yang tidak
mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; dan (5) menggunakan metode ini
secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan
- Tujuan
Tujuan yang ingin Anda capai dalam
pembelajaran, sangat mempengaruhi Anda dalam memilih metode pembelajan.
Setidaknya, ada tiga tujuan penerapan metode make a match, yaitu: (1)
pendalaman materi; (2) menggali materi; dan (3) untuk selingan.
Pengembang metode make a match pada
mulanya merancang metode ini untuk pendalaman materi. Siswa melatih penguasaan
materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Jika tujuan ini
yang Anda pakai, maka Anda harus membekali dulu siswa Anda dengan materi yang
akan dilatihkan. Anda dapat menjelaskan materi , atau Anda memberi tugas pada
siswa untuk membaca materi terlebih dahulu, sebelum Anda menerapkan metode ini.
Prinsipnya, siswa Anda harus mempunyai pengetahuan tentang matari yang akan
dilatihkan terlebih dahulu. Baru setelah itu Anda menggunakan metode ini.
Lain halnya, jika Anda ingin memakai
tujuan ke dua, untuk menggali materi. Anda tidak perlu membekali siswa dengan
materi, karena siswa sendiri yang akan membekali dirinya sendiri. Cara yang
Anda tempuh adalah Anda menulis pokok-pokok materi pada potongan kertas. Lalu,
Anda bagikan potongan kertas itu pada siswa Anda secara acak. Mintalah siswa
Anda untuk mencocokkan/memasangkan potongan kertas tersebut menjadi satu materi
utuh. Siswa yang sudah menemukan pasangannya, secara otomatis menjadi satu
kelompok. Selanjutnya, Anda minta agar setiap kelompok bekerja sama menysusun
materi secara utuh. Setelah semua kelompok selesai menyusun materi, Anda minta
setiap kelompok untuk melakukan presentasi. Jangan lupa, Anda menekankan agar
semua kelompok memperhatikan dan memberikan tanggapan pada kelompok yang sedang
presentasi.
Metode make a match juga dapat Anda pakai sebagai metode selingan. Apabila
selingan yang menjadi tujuan Anda, maka Anda cukup melakukannya sesekali saja.
Teknik yang Anda pakai sama dengan teknik mencari pasangan untuk mendalami
materi.
2.2
MACAM-MACAM
MODEL
1)
Macam-macam Model Pembelajaran
Berikut
ini adalah macam-macam model pembelajaran, antara lain :
1. Model Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning)
Seorang
ahli bernama Elaine B. Johnson (Riwayat, 2008) mengatakan bahwa model
pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan
otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan
konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah
usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari
segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan
mengaitkannya dengan dunia nyata.
Pembelajaran
kontekstual sebagai suatu model pembelajaranyang memberikan fasilitas kegiatan
belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang
lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan
aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan
demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang
terpenting adalah proses.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)
Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan
cooperative learning, seperti yang dijelaskan oleh Abdulhak (2001:19-20) bahwa
“pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta
belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar
itu sendiri”. Dalam pembelajaran ini, akan tercipta sebuah interaksi yang lebih
luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi
way traffic comunication).
Dalam
model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
berfungsi sebagai jembetan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan
catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa,
tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa memiliki
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide
mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa utuk menemukan dan menerapkan
ide-ide mereka sendiri.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM)
Menurut
Tan (2003), Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran
karena dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) kemampuan berpokir siswa
betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) juga dapat diartikan sebagai penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia
nyata, kemampuan untuk mengahadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas
yang ada (Tan, 2000).
Penerapan
model pembelajaran ini menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus
berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus sebagai pembimbing. Guru
dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep Pembelajaran
Berbasis Masalah dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan berpikir
siswa.
Siswa
juga harus siap untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa
menyiapakan diri untuk mengoptimalkankemampuan berpikir melalui inquiry kolaboratif dan kooperatif dalam
setiap tahapan proses Pembelajaran Berbasis Masalah.
4. Model Pembelajaran Tematik
Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) model pembelajaran untuk anak
tingkat Sekolah Dasar kelas rendah, yaitu kelas 1,2, dan 3 adalah pembelajaran
yang dikemas dalam bentuk tema-tema (tematik) dan diorganisasikan sepenuhnya
oleh pihak sekolah.
Pembelajaran
Tematik merupakan saalah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan
suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secra individual maupun
kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna dan autentik.
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dalam
penerapannya, model/pendekatan pembelajaran tematik ini berolak dari suatu tema
yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan
keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tujuan dari adanya tema ini adalah
bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan
tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.
Melalui
pembelajaran tematik, siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih
untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari secara
holistik, bermakna, autentik dan aktif. Pentingnya pembelajaran tematik
diterapkan disekolah dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya
tidak pernah dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
5. Model Pembelajaran PAKEM
(Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan)
PAKEM
merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Denagn pelaksanaan pembelajaran PAKEM ini
diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Dalam model PAKEM, guru dituntut untuk dapat melibatkan siswa melalui
partisipatif, aktif, kreatif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa
dapat menciptakan dan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil
penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
Untuk
itu guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar
(multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal
maupun internal.
6. Model Pembelajaran Berbasis Web
(E-Laerning)
Pembelajaran
Berbasis Web yang populer dengan sebutan Web-Based
Educations (WBE) atau disebut juga dengan e-learning (electronic learning), dapat didefinisikan sebagai
aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan.
Secara sederhana dapat diartikan bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi
oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran
berbasis web. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik
kapan saja dan dimana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas
ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Model
pembelajaran dirancang dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis web dalam
program pembelajaran konvensional tatap muka. Proses pembelajaran konvensional
tatap muka dilakukan dengan pendekatan Student
Centered Learning (SCL) melalui kerja kelompok. Model ini menuntut
partisipasi peserta didik yang tinggi.
7. Model Pembelajaran Mandiri
Dalam
Model Pembelajaran Mandiri menurut Wedemeyer (1983), peserta didik yang belajar
secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri
pembelajaran yang diberikan guru/pendidik dikelas. Peserta didik dapat mempelajari pokok materi
tertentu dengan membeca modul atau melihat dan mengakses program e-learning tanpa bantuan atau dengan
bantuan terbatas dari orang lain. Selain itu peserta didik memiliki otonomi
dalam belajar.
Namun
menurut ahli lain, belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri (Panen, 1997).
Belajar mandiri bukan merupakan usaha untuk mengasingkan peserta didik dari
teman belajarnya dan dari guru/instrukturnya. Hal terpenting dalam proses
belajar mandiri ialah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik
dalam prses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya peserta
didik tidak bergantung pada guru/pendidik, pembimbing, teman atau orang lain
dalam belajar.
Tugas
guru/instruktur dalam model pembelajaran mandiri ini ialah menjadi fasilitator,
yaitu menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila
diperlukan. Bentuknya terutama bantuan dalam menentuakan tujuan belajar,
memilih bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak
dapat dipecahkan peserta didik sendiri.
2.3
MEDIA/ALAT
PERAGA
2.3.1
Pengertian
Pengertian alat peraga adalah semua atau
segala sesuatu yang bisa digunakan dan dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan
konsep-konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak atau kurang jelas
menjadi nyata dan jelas sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian
serta minat para siswa yang menjurus kearah terjadinya proses belajar mengajar.
Alat peraga merupakan suatu alat yang
dipakai untuk membantu dalam proses belajar-mengajar yang berperan besar
sebagai pendukung kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh pengajar atau
guru. Penggunaan alat peraga ini mempunyai bertujuan untuk memberikan wujud
yang riil terhadap bahan yang dibicarakan dalam materi pembelajaran. Alat
peraga yang dipakai dalam proses belajar-mengajar dalam garis besarnya memiliki
manfaat menambahkan kegiatan belajar para siswa, menghemat waktu belajar,
memberikan alasan yang wajar untuk belajar, sebab dapat membangkitkan minat
perhatian dan aktivitas para siswa.
Pengertian dari alat peraga menurut
beberapa para ahli atau pakar, diantaranya yaitu:
1
Menurut Wijaya & Rusyan [1994] –
yang dimaksud Alat Peraga Pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai
perangsang belajar & dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak
menjadi bosan dalam meraih tujuan – tujuan belajar.
2
menurut Nasution [1985] – alat peraga
pendidikan adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif.
3
menurut Sudjana [2009] – Pengertian Alat
Peraga Pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata & telinga
dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif
& efisien.
4
menurut Faizal [2010] – Alat Peraga
Pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang digunakan untuk membantu
proses pembelajaran menjadi lebih menarik & membangkitkan minat siswa dalam
mendalami suatu materi.
2.3.2
Tujuan
dan Manfaat Alat Peraga
Berikut
ini beberapa tujuan alat peraga disebutkan selain di atas tadi, ialah sebagai
berikut:
1
Alat peraga dalam pendidikan memiliki tujuan supaya proses pendidikan
lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar para siswa.
2
Alat peraga pendidikan dapat
memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana siswa belajar dengan banyak
sekali kemungkinan, sehingga belajar dapat berlangsung sangat menyenangkan bagi
masing-masing individu.
3
Alat peraga pendidikan mempunyai manfaat
supaya belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas,
alat peraga dapat memungkinkan mengajar lebih sistematis dan juga teratur.
Berikut ini manfaat dari penggunaan alat
peraga pendidikan yaitu antara lain sebagai berikut ini:
a. Menimbulkan
minat sasaran pendidikan.
b. Mencapai
sasaran yang lebih banyak.
c. Dapat
membantu dalam mengatasi berbagai macam hambatan dalam proses pendidikan.
d. Dapat
merangsang sasaran dari pendidikan untuk mengimplementasikan ataupun
melaksanakan pesan-pesan kesehatan atau pesan pendidikan yang akan disampaikan.
e. Dapat
membantu sasaran pendidikan untuk belajar dengan cepat serta belajar lebih
banyak materi atau bahan yang disampaikan.
f. Merangsang
sasaran pendidikan untuk bisa meneruskan berbagai pesan yang disampaikan yang
memberi materi kepada orang lain.
g. Dapat
mempermudah saat penyampaian materi pendidikan atau informasi oleh para
pendidik.
h. Dapat
Mendorong keinginan orang-orang maupun individu untuk mengetahui, kemudian
lebih mendalami, lalu pada akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
Individu yang melihat sesuatu yang memang ia diperlukan tentu akan menarik
perhatiannya. Dan juga apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan dapat
memberikan pengertian baru untuknya, yang merupakan pendorong untuk melakukan
ataupun memakai sesuatu yang baru tersebut.
i.
Membantu menegakkan pengertian atau
informasi yang diperoleh. Sasaran pendidikan di dalam menerima sesuatu yang
baru, manusia memiliki kecenderungan untuk melupakan/lupa. Oleh karena itu,
untuk mengatasi hal tersebut, AVA (Audio Visual Aid – alat bantu atau peraga
audio visual) dapat membantu menegakkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah
diterima oleh sasaran pendidikan sehingga apa yang diterima akan lebih lama
tersimpan di dalam ingatan si penerima.
2.3.3
Alat
Peraga
a. Nama
Alat Peraga
Penulis memberi nama untuk alat peraga
yang digunakan adalah Learning Balls, yang artinya bola pembelajaran, karena
bola-bola yang akan digunakan untuk diperagakan dalam pelajaran matematika
konsep operasi hitung.
a. Cara
Pembuatan Alat Peraga
1. Alat
dan bahan
a. Alat
yang digunakan
-
Gunting
-
Double tipe, lem, dan isolatip
-
Spanduk bekas atau triplek
-
Plastik
-
Tali rapia
-
ATK
-
Kertas kado/karton
-
Jarum
-
Benang
b. Bahan
yang digunakan
-
Bola warna
-
Kardus kecil
-
Spanduk bekas atau triplek
2. Cara
membuat
1. Siapkan
gunting lem, gunting, plastik, dan triplek
2. Kemudian
gunting plastik panjang 30 cm dan lebar 15 cm, sebanyak 12 guntingan plastik
3. Kemudian
bungkus triplek dengan menggunakan kertas kado
4. Tempelkan
guntingan-guntingan plastik ke triplek
5. Lubangi
triplek tepat dibagian atas, kemudian ikat dengan tali untuk menggantungkan
media tersebut
3. Cara
Menggunakan Alat Peraga
1. Sebelum
menggunakan alat peraga tersebut guru harus menyiapkan soal yang akan diperagakan
didepan kelas.
2. Guru
menuliskan atau menyebutkan soal yang akan diperagakan, misal : (4 + (-2))
3. Guru
mengambil bola kedalam kerdus sebanyak jumlah soal yang dibuat, kemudian
memasukannya kelubang atau plastik pertama (4 buah bola) dan memasukan kelubang
kedua (2 buah bola).
2.4 MODUL
2.4.1
Pengertian
Modul pembelajaran merupakan satuan program
belajar mengajar yang terkecil, yang
dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa
kepada dirinya sendiri (self-instructional) (Winkel, 2009:472).
Modul
pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang
mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010).
Menurut Goldschmid, Modul pembelajaran
sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, di desain guna membantu
siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Modul adalah semacam paket program
untuk keperluan belajar (Wijaya, 1988:128).
Vembriarto (1987:20), menyatakan bahwa suatu
modul pembelajaran adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit konsep
daripada bahan pelajaran. Pengajaran modul merupakan usaha penyelanggaraan
pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan
pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya.
Berdasarkan
beberapa pengertian modul di atas maka dapat disimpulkan bahwa modul
pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis
dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.
2.4.2
Ciri-ciri/
Karakteristik Modul
Modul pembelajaran merupakan salah satu
bahan belajar yang dapat dimanfaatkan
oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis,
menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan
kebutuhan siswa.
Anwar (2010),
menyatakan bahwa karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut :
1
Self instructional, Siswa mampu
membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.
2
Self contained, Seluruh materi
pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu
modul utuh.
3
Stand alone, Modul yang dikembangkan
tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan
media lain.
4
Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya
adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5
User friendly, Modul hendaknya juga
memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.
6
Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan
font, spasi, dan tata letak.
Menurut Wijaya
(1988:129), ciri-ciri pengajaran modul pembelajaran adalah :
1
Siswa dapat belajar individual, ia
belajar dengan aktif tanpa bantuan maksimal dari guru.
2
Tujuan pelajaran dirumuskan secara
khusus. Rumusan tujuan bersumber pada perubahan tingkah laku.
3
Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga
perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui.
Perubahan tingkah laku diharapkan sampai 75% penguasaan tuntas (mastery
learning)
4
Membuka kesempatan kepada siswa untuk
maju berkelanjutan menurut kemampuannya masing-masing.
5
Modul merupakan paket pengajaran yang
bersifat self-instruction, dengan belajar seperti ini, modul membuka kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
6
Modul memiliki daya informasi yang cukup
kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian
rupa sehingga siswa secara spontan mempelajarinya.
7
Modul banyak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berbuat aktif.
2.4.3
Kelemahan
dan Kelebihan Modul Pembelajaran
- Kelemahan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Belajar dengan menggunakan modul juga
sering disebut dengan belajar mandiri. Menurut Suparman (1993:197), menyatakan
bahwa bentuk kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan-kekurangan
sebagai berikut :
(1) Biaya
pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
(2) Menentukan
disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada
umumnya dan siswa yang belum matang pada
khususnya.
(3) Membutuhkan
ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus menerus mamantau
proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap
waktu siswa membutuhkan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan modul juga memiliki
beberapa kelemahan yang mendasar yaitu bahwa memerlukan biaya yang cukup besar
serta memerlukan waktu yang lama dalam pengadaan atau pengembangan modul itu
sendiri, dan membutuhkan ketekunan tinggi dari guru sebagai fasilitator untuk
terus memantau proses belajar siswa.
- Kelebihan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Belajar menggunakan modul sangat banyak
manfaatnya, siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri,
pembelajaran dengan modul sangat menghargai perbedaan individu, sehingga siswa
dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin
efektif dan efisien.
Tjipto
(1991:72), mengungkapkan beberapa keuntungan yang diperoleh jika belajar
menggunakan modul, antara lain :
(1) Motivasi
siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas pelajaran dibatasi
dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.
(2) setelah
pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang berhasil dengan
baik dan mana yang kurang berhasil.
(3) Siswa
mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
(4) Beban
belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
(5) Pendidikan
lebih berdaya guna.
2.4.4
Nama
Modul
Nama modul yang penulis gunukan adalah
Smart Book, yang artinya buku pintar.
2.5
LEMBAR
KERJA SISWA (LKS)
2.5.1
Pengertian
lembar kerja siswa
Menurut
Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa adalah
lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang
terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan
kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan
– pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.
Sehingga bisa dikatakan LKS sebagai perangsang pikiran bagi peserta didik untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada. Bukan untuk tambahan nilai rapor, karena
kebanyakan para guru menggunakan nilai latihan siswa sebagai tambahan nilai
rapor. Padahal disini LKS digunakan untuk latihan atau sarana berfikir peserta
didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
2.5.2
Macam- Macam Lembar Kerja Siswa
Menurut
Repository Universitas Pendidikan Nasional (hal 13) terdapat macam- macam
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam pembelajaran sebagai berikut :
1.
Berdasarkan isinya
·
Lembar Kerja Siswa yang berisi narasi
dan gambar yang diberi keterangan- keterangan.
·
Lembar Kerja Siswa yang berisi
gabungan antara narasi dan gambar-gambar yang diberi keterangan.
2.
Berdasarkan langkah kerja
·
Lembar Kerja Siswa resep yaitu
sistematika langkah kerja ditulis secara terperinci.
·
Lembar Kerja Siswa non resep yaitu
langkah kerjanya ditulis dengan pertanyaan-pertanyaan pengarah.
3.
Berdasarkan metode
·
Lembar Kerja Siswa eksperimen yaitu
dijadikan pedoman untuk melakukan eksperimen dan dapat memuat semua jenis
ketrampilan proses .
·
Lembar Kerja Siswa non eksperimen yaitu
dijadikan pedoman untuk memahami konsep atau prinsip tanpa memuat eksperimen
dan hanya memuat ketrampilan proses tertentu.
2.5.3
Ciri-ciri
Lembar Kerja Siswa
a.
LKS hanya terdiri dari beberapa halaman,
tidak sapai seratus halaman.
b.
LKS dicetak sebagai bahan ajar yang
spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan tertentu.
c.
Di dalamnya terdiri uraian singkat tentang pokok bahasan secara
umum, rangkuman pokok bahasan, puluhan soal-soal pilihan ganda
dan soal-soal isian.
2.5.4
Keunggulan
Lembar Kerja Siswa
·
Dari aspek penggunaan: merupakan media
yang paling mudah. Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja
tanpa harus menggunakan alat khusus.
·
Dari aspek pengajaran: dibandingkan
media pembelajaran jenis lain bisa dikatakan lebih unggul. Karena
merupakan media yang canggih dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar
tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak
dengan menggu-nakan argumentasi yang realistis.
·
Dari aspek kualitas penyampaian pesan
pembelajaran yaitu mampu memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik,
gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.
·
Dari aspek ekonomi: secara ekonomis
lebih murah dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.
2.5.5
Kekurangan
Lembar Kerja Siswa
·
Tidak mampu mempresentasikan gerakan,
pemaparan materi bersifat linear, tidak mampu mempresentasikan kejadian secara
berurutan.
·
Sulit memberikan bimbingan kepada
pembacanya yang mengalami kesulitan memahmi bagian-bagian tertentu.
·
Sulit memberikan umpan balik untuk
pertanyaan yang diajukan yang memiliki banyak kemungkinan jawaban atau
pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
·
Tidak mengakomodasi siswa dengan
kemampuan baca terbatas karena media ini ditulis pada tingkat baca tertentu.
·
Memerlukan pengetahuan prasyarat agar
siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi
pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.
·
Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada
sebagaian guru yang menuntut siswanya untuk menghafal data, fakta dan
angka.Tuntutan ini akan membatasi penggunaan hanya untuk alat menghafal.
·
Kadangkala memuat terlalu banyak
terminologi dan istilah sehingga dapat menyebabkan beban kognitif yang besar
kepada siswa.
·
Presentasi satu arah karena bahan ajar
ini tidak interaktif sehingga cendrung digunakan dengan pasif, tanpa pemahaman
yang memadai.
2.5.6
Langkah-Langkah Penyusunan dan
Penggunaan
Secara umum langkah-langkah
menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam repository Universitas Pendidikan
Indonesia (hal 16- 17) yaitu sebagai berikut :
a.
Analisis kurikulum untuk menentukan
materi yang memerlukan bahan ajar.
b.
Menyusun peta kebutuhan Lembar Kerja
Siswa (LKS).
c.
Menentukan judul Lembar Kerja Siswa
(LKS).
d.
Penulisan Lembar Kerja Siswa (LKS)
·
Menentukan rumusan Kompetensi Dasar dan
Indikator dari pengembangan Silabus.
·
Menentukan alat pemikiran.
·
Menyusun materi sesuai dengan Indikator
dari Kompetensi Dasar.
BAB
III
METODELOGI
PENELITIAN
3.1
Pengertian
Metodologi Deskriptif
Metode deskripsi adalah suatu metode dalam penelitian status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan
interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan
fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif.
Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap
fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu.
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau
standar-standar sehingga penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam
metode ini juga dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah
status dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antarfenomena. Studi
demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif.
Perspektif waktu yang dijangkau, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya
jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.
1.
Tujuan
Deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
2.
Ciri-ciri
Metode Deskriptif
a.
Untuk
membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini
berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. (secara harafiah)
b.
Mencakup
penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan
eksperimental.
eksperimental.
c.
Secara
umum dinamakan metode survei.
d.
Kerja
peneliti bukan saja memberi gambaran terhadap fenomena fenomena, tetapi:
§ Menerangkan hubungan,
§ Menguji hipotesis-hipotesis
§ Membuat prediksi,mendapatkan makna, dan
§ Implikasi dari suatu masalah yang ingin
dipecahkan
§ Mengumpulkan data dengan teknik
wawancara
3.
Penelitian
deskriftif mempunya beberapa metode :
1)
Study
kasus.
Study
kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intentif dan mendetail.
Karna study kasus sifatnya mendalam dan mendetail, maka study kasus pada
umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan
analisis data dalam satu jangka waktu. Study kasus dalam pendidikan bisa
dilakukan oleh guru, guru pembimbing, wali kelas. Terutama untuk kasus-kasus
siswa disekolah yang pada umumnya permasalahannya berkenaan dengan kegagalan
belajar, tidak bisa menyesuaikan diri, gangguan emosionalfrustasi, sering
membolos, dan kelainan-kelainan prilaku siswa lainnya.
2)
Study
Survei
Survey
pada umumnya merupakan cara pengumpulan datadari sejumlah unit atau individu
dalam jangka waktu yang bersamaan dalam jumlah besar dan luas. Survey berusaha
mengungkap jawaban melalui pertanyaan apa, bagaimana, berapa, bukan pertanyaan mengapa.
Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variable, bukan informasi
tentang individu.
3)
Study
pengembangan
Pengelompokan
study pengembangan merupakan bagian dari penelitian
deskriptif, karna study ini bermaksud melukiskan hubungan antara gejalagejala sebagaimana adanya sekarang dengan fakta-fakta lain berdasarkan fungsi waktu yang bersifat kontinyu.untuk itu, peneliti dapat menggambarkan perkembangan berbagai variable dari asfek yang diseledikinya Ada dua teknik yang paling melegkapi dalam melakukan penelitian pembangunan:
deskriptif, karna study ini bermaksud melukiskan hubungan antara gejalagejala sebagaimana adanya sekarang dengan fakta-fakta lain berdasarkan fungsi waktu yang bersifat kontinyu.untuk itu, peneliti dapat menggambarkan perkembangan berbagai variable dari asfek yang diseledikinya Ada dua teknik yang paling melegkapi dalam melakukan penelitian pembangunan:
a.
Metode
longitudinal
Metode
longitudinal sering disebut juga metode jangka panjang. Dalam metode ini
penelitian dilakukan terhadap satu objek dengan mengurutkan segala pertumbuhan
atau perkembangannya dari tahun ketahun dalam kurun waktu tertentu.
b.
Metode
croos sectional
Metode ini dapat digunakan untuk
mengatasi kelemahan metode longitudinal, karna waktu yang panjang bias
dipotong-potong menjadi lebih pendek.
4)
Study
tindak lanjut
Study ini hampir sama dengan study
longitudinal, yaitu mempelajari
perkembangan dan perubahan subjek, setelah subjek diperlakukan khusus
atau kondisi tertentu dalam kurun tertentu sampai selesai. Secara umum
penelitian ini digunakan untuk menilai kesuksesan program-program tertentu. Dalam bidang pendidikan banyak variable-variabel yang bias diberikan perlakuan baik kepada guru maupun siswa.
perkembangan dan perubahan subjek, setelah subjek diperlakukan khusus
atau kondisi tertentu dalam kurun tertentu sampai selesai. Secara umum
penelitian ini digunakan untuk menilai kesuksesan program-program tertentu. Dalam bidang pendidikan banyak variable-variabel yang bias diberikan perlakuan baik kepada guru maupun siswa.
5)
Study
kecendrungan
Study kecendrungan pada dasarnya
meramalkan keadaan masa depan dengan berdasarkan keadaan , gejala, data yang
ada pada masa sekarang. Keadaan masa sekarang diperoleh dari study lain,
misalnya study khusus, survey agar diperoleh data dan informasi yang akurat mengenai
gambaran kondisi sa'at ini. Atas dasar data dan informasi tersebut peneliti
mencoba meramalkan kecendrungan pada masa yang akan dating.
6)
Study
korelasi
Penelitian ini dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variable-variabel yang berbeda dalam suatu
populasi.hubungan antar dua variable tidak saja dalam bentuk sebab akibat,
tetapi juga hubungan timbal balik antar dua variable.
7)
Analisis
dokumen.
Metode ini dipakai jika peneliti
bermaksud untuk menganalisis data yang diperoleh dari dokumen. Analisis dokumen
kerap juga disebut analisis kegiatan atau analisi informasi dan bahkan
kadang-kadang disebut juga dengan analisis isi.
Dari dokumen yang tersedia penelitian
ini dilakukan untuk mengungkapkan informasi yang berguna dibidangnya
masing-masing. Banyak dokumen resmi dan laoran yang oleh sabagian orang
dipandang sebagai arsip yang tidak berguna, namun bagi peneliti dokumen itu
sangat penting untuk memahami aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok populasi
tertentu, yang faktanya tersimpan didalam dokumen.
4.
Kriteria Pokok Metode Deskriptif
Metode
deskriptif mempunyai beberapa kriteria pokok, yang dapat dibagi atas kriteria
umum dan khusus. Kriteria tersebut sebagai berikut:
1.kriteria
umum
§ Masalah yang dirumuskan harus patut,
ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
§ Tujuan penelitian harus dinyatakan
dengan tegas dan tidak terlalu umum
§ Data yang digunakan harus fakta-fakta
yang terpercaya dan bukan merupakan opini.
§ Standar yang digunakan untuk membuat
perbandingan harus mempunyai validitas.
§ Harus ada deskripsi yang terang tentang
tempat serta waktu penelitian dilakukan.
§ Hasil penelitian harus berisi secara
detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis
data serta serta study kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas
hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka teoritis
untukitu telah dikembangkan.
2.Kriteria
Khusus
§ Prinsip-prinsip ataupun data yang
digunakan dinyatakan dalam nilai (value).
§ Fakta-fakta atupun prinsip-prinsip yang
digunakan adalah mengenai masalah status
§ Sifat penelitian adalah ex post facto,
karena itu, tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan
pengaturan atau manupulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana
adanya
5.
Langkah-langkah Umum dalam Metode Deskriptif
Dalam
melaksanakan penelitian deskripif, maka langkah-langkah umum yang sering
diikuti adalah sebagai berikut:
a)
Memilih
dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut
serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
b)
Menentukan
tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus
konsisten dengan rumusan dan definisih dari masalah.
c)
Menelusuri
sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan.
d)
Merumuskan
hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit.
e)
Melakukan
kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang
cocok untuk penelitian.
f)
Membuat
tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan.
Kuranggi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan
dengan unitunit pengukuran yang sepadan.
g)
Memberikan
interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin
diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah
yang ingin dipecahkan.
h)
Mengadakan
generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin
diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari
penelitian.
i)
Membuat
laporan penelitian dengan cara ilmiah.
Pada bidang ilmu yang telah mempunyai
teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka
konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk
diverivikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka
analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika.
3.2
Setting
dan karakter penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan November tahun 2015. Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SD
Negeri Panancangan 2. Penulis mengambil lokasi ditempat tersebut dengan
pertimbangan SD tersebut dekat dengan kampus sehingga memudahkan penulis dalam
mencari data.
3.3
Pengolahan
Data
Data adalah setiap kumpulan fakta.
Contoh : laporan penjualan, gambaran tentang persediaan, nilai test, nama dan
alat pelanggan, laporan cuaca, foto-foto, gambar-gambar, peta. Data dapat
bersifat numeris (data angka) : laporan penjualan, laporan persediaan, nilai
test, atau dapat juga bersifat non numeris : nama, alamat pelanggan, gambar
dll.
Pengolahan
Data adalah manipulasi data agar menjadi
bentuk yang lebih berguna. Pengolahan data ini tidak hanya berupa perhitungan
numeris tetapi juga operasi-operasi seperti klasifikasi data dan perpindahan
data dari satu tempat ke tempat lain. Secara umum, kita asumsikan bahwa
operasi-operasi tersebut dilaksanakan oleh beberapa tipe mesin atau komputer,
meskipun beberapa diantaranya dapat juga dilakukan secara manual.
Pengolahan data terdiri dari tiga
langkah utama, yakni input, proses
(pengolahan), dan output.
Input :
Di dalam langkah ini data awal, atau data input, disiapkan dalam beberapa
bentuk yang sesuai untuk keperluan pengolahan. Bentuk tersebut akan bergantung
pada pengolahan mesin.
Proses :
Pada langkah ini data input diubah, dan biasanya dikombinasikan dengan
informasi yang lain untuk menghasilkan data dalam bentuk yang lebih dapat
digunakan. Langkah pengolahan ini biasanya meliputi sederet operasi pengolahan
dasar tertentu.
Output :
Pada langkah ini hasil-hasil dari pengolahan sebelumnya dikumpulkan. Bentuk
data output tergantung pada penggunaan data tersebut unutk pengolahan
selanjutnya.
3.4
Teknik Pengumpula Data
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah di olah.
(Arikunto, 2012, hlm.160) Variasi jenis instrument
penelitian adalah : angket, ceklis (chek – list) atau daftar centang, pedoman
wawancara, pedoman pengamatan.
Dalam
penelitian ini instrument yang akan digunakan adalah tes dan observasi.
(1)
Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Instrument ini digunakan untuk memperoleh data
tentang hasil belajar siswa dalam memahami pembelajaran IPS dengan metode
Talking Stick yang telah dilaksanakan. Adapun yang digunakan adalah tes
tertulis. Bentuk tes tertulis yang digunakan oleh peneliti yaitu esay sebanyak 5 soal.
Menurut ( Arikunto 2012. hlm. 79). “Agar dapat
diperoleh data yang valid, instrument atau alat untuk mengevaluasinya harus
valid.”Oleh karena itu, sebelum instrumen ini diberikan pada kelas kontrol dan
eksperimen sebagai soal pretest dan postest peneliti menguji terlebih dahulu
tingkat kelayakan soal-soal yang akan diberikan tersebut pada sekolah yang
berbeda. Sekolah yang di gunakan untuk menguji instrumen soal ini adalah SDN
Limpar. Untuk mengukur tingkat
kelayakan soal tersebut, maka di gunakan uji validitas, realibilitas, daya
pembeda dan tingkat kesukaran soal.Adapun untuk menghitung berbagai uji yang
digunakan tesebut peneliti menggunakan alpikasi Anates. rumus-rumus yang
digunakan untuk uji kelayakan adalah sebagai berikut:
a
Menentukan validitas tiap butir soal
Dalam analisis validitas, maka dibutuhkan rumus
korelasi product moment yang akan dijabarkan sebagai berikut.
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel x dengan variabel y.
n : banyaknya
test
x : nilai
hasil uji coba
yI : total test
Setelah didapat harga koefisien validitas maka harga
tersebut diinterprestasikan terhadap kriteria dengan mengunakan tolak ukur yang
dibuat Guilford seperti pada Tabel berikut:
Tabel
Klasifikasi Interpretasi
Koefisien Validitas
Besar
|
Interpretasi
|
|
Validitas
sangat tinggi
|
|
Validitas
tinggi
|
0,70
|
Validitas
sedang
|
0,40
|
Validitas
rendah
|
0,000,20
|
Validitas
sangat rendah
|
|
Tidak
valid
|
1)
Menentukan reliabilitas dengan
menggunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut:
Keterangan:
= Koefisien
reliabilitas
= Banyak butir soal
= Jumlah varians skor tiap item
= Varians skor total
2)
Daya
Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan
sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan
besarnya besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D), indeks
diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Seluruh siswa
dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.
Seluruh kelompok dibagi dibagi sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
(Arikunto,2009, hlm. 211)
Cara menentukan daya pembeda (D) adalah
sebagai berikut (Arikunto, 2012 hlm. 213-214).
Keterangan :
J =
jumlah siswa
JA =
banyak siswa kelompok atas
JB = banyak siswa kelompok bawah
BA = banyak peserta kelompok atas yang
menjawab benar
BB = banyak peserta kelompok bawah
yang menjawab benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab
benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang
menjawab benar.
Tabel
Klasifikasi Daya
Pembeda
Besar
Daya Pembeda
|
Interpretasi
|
DP
|
Soal
sangat jelek
|
DP
0,20
|
Soal
jelek
|
DP
0,40
|
Soal
cukup
|
DP
0,70
|
Soal
baik
|
DP
1,00
|
Soal
sangat baik
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
1.
Deskripsi Lokasi
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Panancangan 2 yang beralamat
Jln Pakupatan KM. 04 Kota Serang. SDN Panancangan 2 merupakan SD yang berada di
dekat terminal pakupatan serang. SDN Panancangaan 2 saat ini berada di bawah
kepemimpinan Bapak Suryadi S.Pd Sebagai Kepala sekolah SDN Panancangan 2,
beliau tidak merangkap menjadi guru kelas dan hanya fokus terhadap tugas
sebagai kepala sekolah.
SDN Panancangan 2 memiliki 18 rombel kelas yang terdiri dari kelas
1 tiga rombel, kelas 2 tiga rombel, kelas 3 tiga rombel, kelas 4 tiga rombel,
kelas 5 tiga rombel, kelas 6 tiga rombel.
SDN Panancangan 2 memiliki 26 pegawai sekolah yang terdiri dari 23
guru kelas,1 kepala sekolah, 1 penjaga sekolah, dan 1 penjaga kantin sekolah.
SDN Panancangan 2 memiliki 12 ruangan, 9 ruang kelas, 1 ruang
kepala sekolah, 1 perpustakaan, 1 ruang TU, 1 Kantin, dan kamar mandi.
SDN Panancangan 2 membagi kegiatan belajar mengajar
menjadi 2 sesion, pagi dan siang. Untuk belajar pagi diisi oleh kelas 1, 2, 5,
dan 6. Dan untuk siang diisi oleh kelas 3, dan 4.
2.
Deskripsi Subjek
Penelitian
Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas 4A. kelas 4A ini berjumlah
33 anak yang terdiri dari 18 anak
laki-laki dan 13 anak perempuan. Siswa kelas 4 rata-rata berusia 9-10 tahun..
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terkait dengan perkembangan
nilai siswa, sebelum menggunakan media pembelajaran dan sesudah menggunakan
media pembelajaran.. permasalahan yang
muncul pada siswa kelas 4A yaitu pada aspek kognitif, karena siswa yang didalam
kelas 4A termasuk siswa yang kurang pandai
3.
Pelaksanaan dan
Observasi
Adapun proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
1)
Kegiatan Awal
Kegiatan awal anak dikondisikan
untuk masuk kelas dengan rapih. Hari senin anak dibimbing untuk latihan upacara
bendera. Hari Jum’at dikondisikan untuk melalukan senam pagi dilapangan. Anak
berdo’a bersama sebelum memulai kegiatan apapun. Kegiatan awal ini dilakukan
sebagai kegiatan pemanasan sebelum anak melakukan kegiatan inti.
2)
Kegiatan inti Anak
dikondisikan duduk ditempat duduknya dengan rapih. Anak diajak tepuk-tepukan hari itu. Pendidik
menanyakan kabar anak dan mengabsen anak. Anak dibimbing untuk bercakap-cakap
tentang pelajaran yang akan dipelajari pada hari itu.
Observasi Bersamaan dengan tahap tindakan, observer melakukan observasi
atau pengamatan. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengamati kemampuan
anak dalam mencapai hasil maksimal khususnya dalam pelajaran matematika konsep
Operasi Hitung Campuran, serta ketertarikan anak dalam kegiatan proses
pembelajaran. Indikator yang diamati yaitu kemampuan menghitung konsep operasi hitung campuran
4.2 Pembahasan
1. Pelaksanaan Uji Coba
a.
Pendahuluan
Sebelum
mengajar , siswa sangat atusias terhadap kedatang pengajar , sebelum pengajar
datang kekelas, guru kelas IV telah sedikit menjelaskan sedikit mengenai materi
sifat-sifat benda. Lalu pengajar memberikan soal pretest untuk mengukur
kemampuan siswa
b.
Proses
Penulis
menjelaskan materi konsep operasi hitung campuran, dimulai dari menjelaskan
operasi hitung yang penjumlahan dan
pengurangan. Penulis menunjukan media yang menunjang proses pembelajaran, seperti bola
kecil, tempat menyimpan bola, kertas, dll. Agar siswa efektif dan kondusif
dalam kegiatan pembelajaran, pengajar memberikan suatu tepukan yang
dinamakan tepuk diam “ (prok 3x syuuuut, prok 3x syuuut, diaaaammmm)”. Siswa
terlihat bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Setelah
pengajar menjelaskan tentang materi konsep operasi hitung, kemudian membahas
soal pretest. Disini siswa sangat bersemangat untuk menghitung soal yang akan
dibahas. Suasana kelas menjadi rame ketika pengajar menanyakan jawaban siswa “
benar apa tidak?”.
c.
Akhir
Setelah
melakukan proses pembelajaran, siswa mengerjakan soal posttest. Tidak sedikit siswa yang mengerjakan
soal hanya dalam waktu 5 menit, tapi
masih ada saja siswa yang lama dalam mengerjakan soal posttest tersebut. Beda
halnya dengan menjawab soal pretest , dalam menjawab soal posttest siswa
terlihat lebih semangat dan cepat dalam mengerjakannya, dan hasil dari soal
posttest tersebut nilai siswa dalam pelajaran matematikan mengalami kenaikan. Hal
ini bisa dilihat dari tabel nilai siswa berikut ini :
Tabel
1. Hasil Pretedan Posttesst
NO
|
NAMA
|
NILAI
|
KET
|
|
PRETEST
|
POSTTEST
|
|||
1
|
Siti rohmah bustomi
|
8
|
8
|
TP
|
2
|
Sutia wati
|
4
|
8
|
N
|
3
|
Derika mulyadi
|
8
|
8
|
TP
|
4
|
Febriyanti
|
4
|
8
|
N
|
5
|
Feydi romadoni
|
2
|
6
|
N
|
6
|
Asep prayitno
|
4
|
2
|
TN
|
7
|
Anggi novitasari
|
2
|
6
|
N
|
8
|
Andri ali rizkianto
|
0
|
2
|
N
|
9
|
Anisa sita ramadhani
|
8
|
8
|
TP
|
10
|
Azizah roudhatul
jannah
|
8
|
8
|
TP
|
11
|
Dava dwi saputra
|
6
|
8
|
N
|
12
|
Deni kurniawan
|
8
|
8
|
TP
|
13
|
Elviana ayu dwi retno
|
8
|
6
|
TP
|
14
|
Ega wahyu
|
8
|
10
|
N
|
15
|
Eha julaeha
|
8
|
8
|
TP
|
16
|
Janu aryansyah
|
4
|
8
|
N
|
17
|
Khaerunnisa
|
6
|
8
|
N
|
18
|
Kamdani
|
6
|
4
|
TN
|
19
|
Listiaroh
|
6
|
4
|
TN
|
20
|
Mochamad mahista ilham
|
6
|
8
|
N
|
21
|
Muhamad akbar desta
|
6
|
8
|
N
|
22
|
Nurali
|
6
|
6
|
TP
|
23
|
Ramadhan pusa abhiyana
|
6
|
10
|
N
|
24
|
Ramadhan pusa abhiyana
|
6
|
6
|
TP
|
25
|
Ridha afifah
|
10
|
8
|
TN
|
26
|
Rizal ruk fikri
|
10
|
10
|
TP
|
27
|
Rangga saputra ungu
|
10
|
10
|
TP
|
28
|
Wahyu ilahi
|
10
|
10
|
TP
|
29
|
Muhammad rafly
ramadhany
|
10
|
10
|
TP
|
30
|
Raehan maulana
|
6
|
10
|
N
|
31
|
Syahrul irwansyah
|
8
|
10
|
N
|
32
|
Ferly dhinannta
|
4
|
6
|
N
|
33
|
Ivena maulida
|
10
|
10
|
TP
|
|
JUMLAH
|
216
|
250
|
|
|
RATA-RATA
|
6.54
|
7.57
|
|
Keterangan : TP =
Tetap
TN =
Turun
N =
Naik
- Ada 13 siswa yang dapat mempertahankan nilainya
- Ada 15 siswa yang mengalami kenaikan nilai
- Ada 5 siswa yang mengalami peurunan nilai
Dari tabel nilai diatas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata siwa pada materi Konsep Operasi Hitung Campuran
diatas mengalami kenaikan.
2. Hasil
Uji Coba
Dari hasil uji coba yang dilakukan,
melalui soal pretest dan posttest, terlihat bahwa rata-rata nilai siswa pada
pelajaran Matematika materi Konsep Operasi Hitung Campuran mengalami kenaikan.
Hal ini disebabkan karena siswa lebih cepat mamahami pelajaran dengan
menggunakan media. Dan model pembelajaran yang digunakan penulis menambah siswa
paham dalam materi ini. Model yang digunakan tidak hanya membuat paham akan
tetapi bisa membuat pelajaran menjadi menyenangkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
- Kesimpulan
Berdasarkan tabel hasil pretest dan
posttes siswa di V SDN Panancangan 2 pada Pelajaran Matematika materi Operasi
Hitung Campuran melalui Model make a
match diatas dapat dilihat, bahwa nilai rata-rata siswa mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata siswa padantu saat pretest adalah 6.54. setelah melakukan
proses pembelajaran dengan menggunakan model make a match dan media pembelajarn yang ditunjang dengan metode
ceramah, tanya jawab dan penugasan, kemudian diselingi dengan permainan
yangberkaitan dengan materi ajar, agar siswa selalui ingat dengan materi
tersebut, semangat siswa menjadi lebih meningkat. Begitu juga dengan nilai
posttest mereka yang mengalami peningkatan, yaitu 7.57.
- Rekomendasi
a.
Sekolah
Penambahan sarana dan prasarana bagi pengajar, dapat dipenuhi
untuk peunjang proses pembelajaran
b.
Guru
Mata kuliah ini sangat perlu sekali untuk membekali diri dalam
praktik mengajar, sehingga guru dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya
dilapangan, bagaimana cara mengajar yang baik, cara mengelola kelas yang baik,
cara membuat RPP, dan lain-lain. Sehingga pada saat menjadi guru, kita sudah
tidak merasa canggung lagi, dan dapat
menbuat rencana pembelajaran yang baik.
c.
Mahasiswa
Mata kuliah seminar ini sangat penting, karena mahasiswa dapat
belajar dari pengalaman yang terjadi dilapangan, yang tidak sama dengan kondisi
pada saat perkuliahan. sehigga, mahasiswa dapat mempersiapkan diri dan belajar
lebih baik lagi, untuk bekal pada saat sudah menjadi guru yang sesunguhnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad,
Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada
Budiamin,
Amin, dkk. 2006. ”Perkembangan Peserta
Didik”. Bandung : Upi Press
Rusman.
2012. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Operasi Hitung Campuran
Operasi hitung campuran adalah operasi atau
pengerjaan hitung yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu
operasi. Penyelesaian pengerjaan operasi hitung campur merujuk pada perjanjian
tertentu, yaitu penjumlahan dan pengurangan setingkat. Ini berarti manapun yang
ditulis dahulu, operasi itu yang dikerjakan terlebih dahulu, kecuali terdapat
dalam tanda kurung.
Tingkatan perkalian dan pembagian lebih tinggi
dibandingkan dengan penjumlahan dan pengurangan. Artinya, perkalian dan
pembagian dikerjakan terlebih dahulu sebelum penjumlahan dan pengurangan.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Selain telah disyaratkan dalam perjanjian, kita
juga menunjukan bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang, dan pembagian
merupakan pengurangan berulang
1. Penjumlahan
dan pengurangan
Kamu sudah mengenal operasi-operasi hitung bilangan yang
meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Tahukah kamu bahwa
operasi-operasi hitung tersebut mempunyai tingkatan dalam urutan pengerjaannya.
Aturan operasi hitung
campuran berikut.
1. Operasi dalam tanda kurung harus didahulukan.
2. Operasi
perkalian dan pembagian setingkat. Selesaikan perhitungan dan sebelah kiri ke
kanan.
3. Operasi
penjumlahan dan pengurangan setingkat. Selesaikan perhitungan dari sebelah kiri
ke kanan.
4. Operasi
perkalian dan pembagian lebih tinggi daripada penjumlahan dan pengurangan.
Perkalian dan pembagian harus dikerjakan dahulu.
Mari kita selesaikan operasi hitung campuran penjumlahan
dan pengurangan berikut ini.
1. 10 +
5 – 3 = ( 10 + 5 ) – 3
= 15 –
3
= 12
2. 20 +
15- 35 = ( 20 + 15 ) – 35
= 5 –
( - 35 )
= 40
Hitunglah:
1. 21 + 4 × 5 = ....
2. 65 × (22 + 32) = ....
3. 160 – 12 × 13 + 210 = ....
4. 1.750 + 1.500 : 30 – 1.250 = ....
Jawab:
1. 21 + 4 × 5 = 21 + (4 × 5)
= 21 + 20
= 41
2. 65 × (22 + 32) = 65 × 54
= 3.510
3. 160 – 12 × 13 + 210 = 160 – (12 × 13) + 210
= 160 – 156 + 210
= 4 + 210
= 214
4. 1.750 + 1.500 : 30 – 1.250 = 1.750 + (1.500 : 30) – 1.250
= 1.750 + 50 – 1250
= 1.800 – 1250
= 550
1. 21 + 4 × 5 = ....
2. 65 × (22 + 32) = ....
3. 160 – 12 × 13 + 210 = ....
4. 1.750 + 1.500 : 30 – 1.250 = ....
Jawab:
1. 21 + 4 × 5 = 21 + (4 × 5)
= 21 + 20
= 41
2. 65 × (22 + 32) = 65 × 54
= 3.510
3. 160 – 12 × 13 + 210 = 160 – (12 × 13) + 210
= 160 – 156 + 210
= 4 + 210
= 214
4. 1.750 + 1.500 : 30 – 1.250 = 1.750 + (1.500 : 30) – 1.250
= 1.750 + 50 – 1250
= 1.800 – 1250
= 550
Selanjutnya, mari kita selesaikan operasi hitung campuran
perkalian dan pembagian berikut ini.
1. 28 × 10 : 4 = (28
× 10) : 4
=
280 : 4
= 70
2. 450 : 75 × 16 =
(450 : 75) × 16
= 6 × 16
= 96
Selanjutnya, mari kita selesaikan operasi hitung campuran
perkalian dan pembagian berikut ini.
LKS
LEMBAR
KERJA SISWA
Penanaman
Konsep
- Media yang digunakan
Berbagai
benda yang dimiliki siswa seperti, pensil, buku, penghapus, pulpen dan
sebagainya.
- Kegiatan pembelajaran
-
Sebagai pengantar, siswa harus
diingatkan kembali tentang penjumlahan dan pengurangan sebagai kamampuan dasar
-
Guru dan siswa mempersiapkan media yang
diperlukan dalam peragaan berikut.
- Peragaan
Andaikan
akan diperagakan 6 + 7 – 4 = …
Mana
yang didahulukan, (6 + 7) – 4 = … atau 6 + ( 7 – 4 ) = …
Melalui
peragaan berikut akan ditunjukan (6 + 7) – 4 = …
=
6 + 7
13
HITUNGLAH
SOAL BERIKUT INI !
- 4 – 5 + 3 = ….
- 5 + (-4) – 6 = …..
- 8 : 2 – 5 = ….
- 7 + 15 – 19 = ….
- 8 – 6 + (-5) = ….
- 4 : 4 – 9 = ….
- 8 X 3 – 20 = ….
- 12 : 4 + 6 = …..
- 3 + 8 – 9 = ….
- 20 : 2 – 15 = ….
SOAL
CERITA !
- Budi mempunyai 6 buah apel, kemudian ia memberi kepada saudaranya 4 buah apel, lalu ia diberi apel 2 buah oleh ibunya. Berapah apel budi sekarang ?
- Lala membeli 2 pasang sepatu, kemudian ia beri 1 pasang sepatu oleh ayahnya. Kamudian sepatu tersebut diminta saudaranya 1 pasang sepatu. Berapakah pasang sepatu milik lala sekarang?
- Lisa mempunyai 50 buah jeruk. Jeruk tersebut diberikan pada adiknya sebanyak 28 buah. Kemudian, ia diberi 15 buah jeruk oleh ibu. Berapa banyak buah jeruk Lisa sekarang?
- Suhu udara di Bandung pagi hari (-3’C) ditambah kenaikan suhu pada siang hari (14’C) dikurangi suhu turun pada malam hari (16’C). berapa suhu udara yang ada di Bandung?
- Ria mempunyai 5 buah buku. Buku tersebut diberikan kepada kakaknya 4 buah buku. Kemudian ia diberi 3 buah buku oleh ibunya. Berapa banyak buku Ria sekarang?
- Budi membeli 6 buah apel, lalu ia membeli lagi 3 buah apel. Apel tersebut diberikan kepada tetangga sebanyak 2 buah. Berapa banyak buah apel budi sekarang?
- Ria mempunyai 5 buah buku. Buku tersebut diberikan kepada kakaknya 4 buah buku. Kemudian ia diberi 3 buah buku oleh ibunya. Berapa banyak buku Ria sekarang?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Panancangan 2
Kelas/Semester : IV (Empat) /1 (satu)
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan Pelajaran :
Operasi hitung campuran
Jumlah Pertemuan : 2 x 35 menit (1 X pertemuan)
- Standar Kompetensi
- Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.
- Kompetensi Dasar
1.4
Melakukan operasi hitung campuran.
- Indikator
1. Menentukan
aturan operasi hitung campuran.
2. Menyelesaikan
soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung campuran.
- Tujuan Pembelajaran
1. Siswa
dapat menentukan aturan operasi hitung campuran.
2. Siswa
dapat menyelesaikan soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung campuran.
- Materi Pembelajaran
a.
Operasi hitung bilangan
b.
operasi hitung campuran
c.
penyelesaian soal cerita operasi hitung
bilangan
- Metode Pembelajaran
Metode : Ceramah, penugasan, tanya jawab
Model : Kooperatif tipe make a match
- Kegiatan Pembelajaran
No
|
Kegiatan
|
Sub Kegiatan
|
Waktu
|
Pengorganisasian Siswa
|
|
Siswa
|
Guru
|
||||
1.
|
Pendahuluan
|
a. Menjawab
salam
Berdoa bersama guru dipimpin ketua
kelas
c. Mengikuti presensi
Mengikuti games yang diberikan guru
e. Menyimak
tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
|
a. Membuka kegiatan
pembelajaran dengan mengucapkan salam
Meminta ketua kelas memimpin doa
c. Melakukan presensi
Memberikan games untuk membangkitkan semangat siswa
Mengemukakan tujuan pembelajaran
|
15
menit
|
Individu
|
2.
|
Pembelajaran Inti
|
ü Eksplorasi
Bersama guru membuka buku
pelajaran mengenai bab operasi
hitung bilangan
BMemperhatikan guru yang
menjelaskan mengenai konsep operasi hitung bilangan
ü Elaborasi
Mengerjakan soal cerita dengan melakukan operasi hitung campuran
Mengerjakan soal operasi hitung
bilangan di depan kelas
ü Konfirmasi
a. Memperhatikan umpan balik yang diberikan
oleh guru
Melakukan
refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
Siswa dan guru bertanya jawab
mengenai materi yang belum diketahui siswa
|
a.Bersama siswa membuka buku pelajaran mengenai bab operasi hitung bilangan
Menjelaskan
mengenai konsep operasi hitung bilangan
a. Memantau
siswa mengerjakan soal cerita dengan melakukan
operasi hitung campuran
b. Menunjuk tiga
siswa untuk mengerjakan soal operasi hitung bilangan di depan kelas
a. Memberikan
umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa
Memfasilitasi siswa melakukan
refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
c. Guru bersama siswa
bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan
|
45
menit
|
Individu
|
3.
|
Penutup
|
Bersama-sama dengan guru membuat rangkuman
atau simpulan pelajaran
b. Dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan guru mengenai materi pelajaran yang telah
diberikan
Menyimak tugas lanjut yang
diberikan guru
d. Menyimak rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya
e.
Berdoa bersama dan menjawab salam
penutup dari guru
|
Bersama-sama dengan siswa membuat
rangkuman/simpulan pelajaran
BMelakukan penilaian dan/atau
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram
c.
Memberikan tugas lanjut kepada
siswa
Menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya
e. Berdoa bersama dan
mengucapkan salam penutup
|
10
menit
|
- Media dan Sumber Belajar
1. Media
Pembelajaran : Learning Balls
atau bola pelajaran
2. Sumber
Belajar : Modul
Pembelajaran kelas 4 SD
- Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Instrumen/ Soal
|
1.
Melakukan
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat
2.
Melakukan
operasi hitung campuran dengan bilangan bulat
3.
Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan bilangan
bulat
|
Tugas Individu
dan Kelompok
|
Isian
|
o
o
Buatlah diagram panahnya 4, -5,-3
–10!
o
Buatlah diagram panah dari operasi
3 + - 10 = n!
o
5 – 6 + 4 = ……
o
–20 – 30 + 5 = …………
o
dst
|
Format Kriteria Penilaian
1. Produk (
hasil diskusi )
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
|
Konsep
|
* semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
|
4
3
2
1
|
2. Performansi
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
2.
|
Pengetahuan
Sikap
|
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
|
4
2
1
4
2
1
|
Lembar Penilaian
No
|
Nama Siswa
|
Performan
|
Produk
|
Jumlah Skor
|
Nilai
|
|
Pengetahuan
|
Sikap
|
|||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal
) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat
penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Serang, 18 Desember 2015
Mengetaui
Kepala Sekolah
|
Guru Kelas
|
|
|
Suryadi, S.Pd
|
Yuyun, S.Pd
|
NIP.
|
NIP.
|