Senin, 28 Desember 2015

proposal seminar problematika



PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan  Sebagai Salah satu Tugas  Matakuliah Seminar Problematika
Dosen Pengampu Ujang Jamaludin M.Pd


Description: 10437349_1547267322212711_1624909047944574035_n.jpg

Disusun Oleh :
Nama
Nim
 Halimatussa’diah
  2227132467
Kelas: VIIB
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2015


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan izin dan rahmat-Nya, sehingga atas hidayah serta kemudahan-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Konsep Operasi Hitung Campuran melalui Model Make A Match pada Siswa Kelas IV SD NEGERI Panancangan 2. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan semoga syafaatnya sampai kepada para pengikutnya hingga akhir zaman.
Tentu tak lupa dengan pepatah yang selalu mengingatkan kita bahwa, tak ada gading yang tak retak, sama halnya dengan laporan ini, jika ada ketidaksesuaian atau kekurangan, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, terutama kepada dosen pengampu matakuliah seminar problematika dan umunya seluruh pembaca.



Serang, 15 Oktober 2015

                                                                                  Penulis  




i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A.    Latar Belakang................................................................................... 1
B.     Fokus Kajian...................................................................................... 3
C.     Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................... 4
BAB II  KAJIAN TEORI........................................................................... 6
2.1  Model Pembelajaran.......................................................................... 6
2.2  Macam-macam Model Pembelajaran................................................. 10
2.3  Media/alat Peraga.............................................................................. 16
2.4  Modul................................................................................................ 20
2.5  Lembar Kerja Siswa (LKS)............................................................... 24
BAB III  METODELOGI PENELITIAN................................................ 28
3.1  Pengertian Metodelogi Deskriptif..................................................... 28
3.2  Setting dan Karakter Penelitian......................................................... 33
3.3  Pengolahan Data................................................................................ 34
3.4  Teknik Pengumpulan Data................................................................. 35
BAB IV  HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 39
       4.1       Hasil Penelitian.................................................................................. 39
1.      Deskripsi Lokasi Penelitian.......................................................... 39
2.      Deskripsi Subjek Penelitian......................................................... 39
3.      Pelaksanaan dan Observasi.......................................................... 40
       4.2       Pembahasan....................................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.................................... 44
A.     Kesimpulan .....................................................................................  44
B.     Rekomendasi ...................................................................................  44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................  46
LAMPIRAN-LAMPIRAN







ii

LEMBAR PERSETUJUAN
SEMINAR PROBLEMATIKA DI SD
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
KONSEP OPERASI HITUNG

Mengetahui
Dosen Pengampu

Ujang Jamaludin, M.Si., M.Pd.
NIP. 197708012005011002



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah  usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Matematika atau ilmu berhitung merupakan suatu mata pelajaran merupakan suatu mata pelajaran yang selama ini dianggap sebagai momok bagi anak. Mereka cenderug takut, bahkan tidak menyukai pelajaran matematika. Mereka enggan belajar berhitung sehingga pada akhirnya tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang matematika. Hanya sebagian kecil siswa yang menyukai pelajaran matematika. Padahal matematika mata pelajaran penting yang menentukan lulus tidaknya seseorang dalam menempuh jenjang pendidikan sekolahnya.
Untuk meningkatkan minat dan menumbuhkan rasa senang dalam pembelajaran matematik, guru harus pandai menggunakan atau memanfaatkan alat peraga/media yang relevan, karena alat peraga merupakan faktor penting dalam menanamkan konsep secara konkre, disamping itu juga sangat membantu dalam meningkatkan dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar.
Guru sering mengalami kegagalan dalam pembelajaran matematika karena pembelajaran disampaikan melalui pembelajaran konvensional. Dalam arti metode yang digunakan hanya metode ceramah tanpa variasi, serta kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran.
Materi operasi hitung campuran termasuk materi yang sulit dipahami peserta didik Sekolah Dasar  IV. Dengan penerapan model make a match dan pengalaman guru serta penggunaan media, maka diharapkan pembelajaran tentang operasi hitung campuran ini tidak menjadi yang terlalu sulit dimengerti peserta didik di tingkat Sekolah Dasar terutama pada kelas IV.
Secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau di sekolah seorang guru juga harus memiliki peranan penting yaitu sebagai motivator yang mampu meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Bila seseorang telah memiliki motivasi dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi diri dari dirinya. Dalam belajar motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama dalam belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang dibutuhkan dan sangat berguna kini dan masa mendatang.
Model make a match merupakan salah satu model pembelajaran PAIKEM dan juga merupakan model Kooperatif Learning yang menghendaki peserta didik  bekerja sama secara berpasangan, dimana setiap pesangan dapat aktif dalam menemukan konsep sarta menyelesaikan soal dengan menyenangkan melalui bimbingan guru. Dalam pembelajaran ini peserta didik terlibat langsung dalam menemukan konsep dan mengkontruksi pengetahuan mereka untuk menyelesaikan masalah melalui diskusi berpasangan sehingga tercapai pemahaman konsep dan pemahaman prosedural yang memadai. Dengan model make a match diharapkan peserta didik dapat aktif dalam pembelajaran dan mendapatkan pemahaman konsep dan prosedural yang memadai untuk memahami materi operasi hitung campuran.
Dengan demikian peneliti marasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “ Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Konsep Operasi Hitung Campuran melalui Model Make A Match pada Siswa Kelas IV SD NEGERI Panancangan 2“.
1.2  Fokus Kajian
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil fokos kajian yaitu : ” Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Konsep Operasi Hitung Campuran pada Siswa Kelas IV SD NEGERI Panancangan 2“.
Dengan menggunakan :
a.       Model
Model yang digunakan peneliti adalah model Kooperatif Learning tipe ake a Match.
b.      Media/alat peraga
Media yang peneliti buat adalah media jadul, nama media tersebut adalah Learning Balls. Media ini memiliki arti bola pembelajaran.
c.       Modul
Nama modul yang peniliti gunukan adalah Smart Book, yang artinya buku pintar.
d.      Flash
1.3  Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1        Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika pda materi pokok operasi hitung campuran siswa kelas IV Semester I SDN Panancangan 2 melalui penerapan model make a match
1.3.2        Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a.       Bagi peserta didik
1)      Kompetensi dibidang matematika, khususnya pada materi pokok operasi hitung campuran dapat dicapai.
2)      Hasil belajar peserta didik kelas IV SDN Panancangan 2 dalam mata pelajaran matematika khususnya materi pokok operasi hitung campuran dapat meningkat
3)      Penerapan model pembelajaran make a match dapat dikembangkan atau diterapkan pada peserta didik dikelas-kelas yang lain.
b.      Bagi Guru SDN Panancangan 2
1)      Adanya inovasi baru model pembelajaran matematika yang menitikberatkan pada penerapan model pembelajaran make a match terbimbing.
2)      Guru memperoleh variasi model pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan terutama dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan materi yang akan diajarkan.


c.       Bagi Peneliti
1)      Peneliti memperoleh jawaban dari permasalahan yag ada dan mendapat pengalaman menerapkan model pembelajaran make a match.
2)      Adanya sumbangan pemikiran untuk suatu variasi model pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan terutama dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan materi.
d.      Bagi Sekolah
1)      Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran make a match yang diharapkan dapat diterapkan untuk kelas-kelas yang lain di SDN Panancangan 2.
2)      Diharapkan dengan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan sumber pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pembelajaran khusunya dalam pembelajaran matematika di SDN Panancangan 2.









BAB II
KAJIAN TEORITIK
       2.1       MODEL PEMBELAJARAN
2.1.1        Pengertian Model
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran kelas atau dalam pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Kemudian Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kita untuk mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, model dan teknik pembelajaran.
Joyce dan weil berpandapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum  ( rencana pembelajaran jangka panjang ), merancang bahan-bahan pembelajaran , dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain ( joyce dan weil, 1980:1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.



2.1.2        Model Make a Match
  1. Pengertian
Model Make a Match adalah salah satu model dalam pembelajaran Kooperatif Learning atau salah satu bentuk model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenanagkan (PAIKEM).
Make a match  adalah teknik mengajar dengan mencari pasangan. Salah satu keunggulannya adalah siswa belajar sambil menguasai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Pembelajaran model pembelajaran Make a match yaitu pembelajaran yang teknik mengajarnya dengan mencari pasangan melalui kartu  pertanyaan dan jawaban yang harus ditemukan dan didiskusikan oleh pasangan siswa tersebut.
Model pembelajaran Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran Make a Match adalah pembelajaran menggunakan kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi soal dan kartu yang lainnya berisi jawaban dari soal-soal tersebut.
Model pembelajaran Make a Match atau mencari pasangan seperti difirmankan dalam al-qur’an surat yasin ayat 36, Yang artinya : Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan sesuatu di dunia ini dengan berpasang-pasangan, baik yang diketahui oleh manusia maupun yang tidak diketahui oleh manusia. Salah satunya adalah mengenai model pembelajaran Make a Match, dimana model pembelajaran ini menggunakan permainan kartu, jadi siswa harus mencari pasangan kartu yang dipegang.
  1. Langkah-Langkah
Teknik pembelajaran Make A Match dilakukan di dalam kelas dengan suasana yang menyenangkan karena dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang dibawanya dengan waktu yang cepat.
Langkah-langkah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut:
1)      Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2)      Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu
3)      Setiap siswa memikirkan jawaban atau soal kartu yang dipegang
4)      Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
5)      Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan  diberi poin
6)      Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7)      Demikian seterusnya
8)      Kesimpulan/penutup
  1. Kelebihan dan Kelemahan
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya. Begitu juga model pembelajaran Make a match, adapun kelebihan dan kelemahaannya adalah sebagai berikut:
  1. Kelebihan
1)      Siswa dapat belajar dengan aktif karena guru hanya berperan sebagai pembimbing, sehingga siswa yang mendominasi dalam aktifitas pembelajaran.
2)      Siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam kartu yang ditemukannya.
3)      Dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
4)      Dengan penyelesaian soal (masalah), maka otak siswa akan bekerja lebih baik, sehingga proses belajar pun akan menjadi lebih baik.
5)      Siswa dapat mengenal siswa lainnya, karena dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa untuk membahas soal dan jawaban yang dihadapi
  1. Kelemahan
1)      jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang;
2)      pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya;
3)      jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan;
4)      guru harus hati-hati dan bijaksana saat member hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; dan (5) menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan
  1. Tujuan
Tujuan yang ingin Anda capai dalam pembelajaran, sangat mempengaruhi Anda dalam memilih metode pembelajan. Setidaknya, ada tiga tujuan penerapan metode make a match, yaitu: (1) pendalaman materi; (2) menggali materi; dan (3) untuk selingan.
Pengembang metode make a match pada mulanya merancang metode ini untuk pendalaman materi. Siswa melatih penguasaan materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Jika tujuan ini yang Anda pakai, maka Anda harus membekali dulu siswa Anda dengan materi yang akan dilatihkan. Anda dapat menjelaskan materi , atau Anda memberi tugas pada siswa untuk membaca materi terlebih dahulu, sebelum Anda menerapkan metode ini. Prinsipnya, siswa Anda harus mempunyai pengetahuan tentang matari yang akan dilatihkan terlebih dahulu. Baru setelah itu Anda menggunakan metode ini.
Lain halnya, jika Anda ingin memakai tujuan ke dua, untuk menggali materi. Anda tidak perlu membekali siswa dengan materi, karena siswa sendiri yang akan membekali dirinya sendiri. Cara yang Anda tempuh adalah Anda menulis pokok-pokok materi pada potongan kertas. Lalu, Anda bagikan potongan kertas itu pada siswa Anda secara acak. Mintalah siswa Anda untuk mencocokkan/memasangkan potongan kertas tersebut menjadi satu materi utuh. Siswa yang sudah menemukan pasangannya, secara otomatis menjadi satu kelompok. Selanjutnya, Anda minta agar setiap kelompok bekerja sama menysusun materi secara utuh. Setelah semua kelompok selesai menyusun materi, Anda minta setiap kelompok untuk melakukan presentasi. Jangan lupa, Anda menekankan agar semua kelompok memperhatikan dan memberikan tanggapan pada kelompok yang sedang presentasi.
Metode make a match juga dapat Anda pakai sebagai metode selingan. Apabila selingan yang menjadi tujuan Anda, maka Anda cukup melakukannya sesekali saja. Teknik yang Anda pakai sama dengan teknik mencari pasangan untuk mendalami materi.
       2.2       MACAM-MACAM MODEL
1)   Macam-macam Model Pembelajaran
Berikut ini adalah macam-macam model pembelajaran, antara lain :
1.      Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Seorang ahli bernama Elaine B. Johnson (Riwayat, 2008) mengatakan bahwa model pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaranyang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
2.      Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning, seperti yang dijelaskan oleh Abdulhak (2001:19-20) bahwa “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri”. Dalam pembelajaran ini, akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).
Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembetan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa utuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
3.      Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Menurut Tan (2003), Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) kemampuan berpokir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) juga dapat diartikan sebagai penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk mengahadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Penerapan model pembelajaran ini menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus sebagai pembimbing. Guru dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep Pembelajaran Berbasis Masalah dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan berpikir siswa.
Siswa juga harus siap untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa menyiapakan diri untuk mengoptimalkankemampuan berpikir melalui inquiry kolaboratif dan kooperatif dalam setiap tahapan proses Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.      Model Pembelajaran Tematik
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) model pembelajaran untuk anak tingkat Sekolah Dasar kelas rendah, yaitu kelas 1,2, dan 3 adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema (tematik) dan diorganisasikan sepenuhnya oleh pihak sekolah.
Pembelajaran Tematik merupakan saalah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secra individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik.  Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dalam penerapannya, model/pendekatan pembelajaran tematik ini berolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tujuan dari adanya tema ini adalah bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.
Melalui pembelajaran tematik, siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik dan aktif. Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan disekolah dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
5.      Model Pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan)
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Denagn pelaksanaan pembelajaran PAKEM ini diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dalam model PAKEM, guru dituntut untuk dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan dan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal maupun internal.
6.      Model Pembelajaran Berbasis Web (E-Laerning)
Pembelajaran Berbasis Web yang populer dengan sebutan Web-Based Educations (WBE) atau disebut juga dengan e-learning (electronic learning), dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat diartikan bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Model pembelajaran dirancang dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis web dalam program pembelajaran konvensional tatap muka. Proses pembelajaran konvensional tatap muka dilakukan dengan pendekatan Student Centered Learning (SCL) melalui kerja kelompok. Model ini menuntut partisipasi peserta didik yang tinggi.
7.      Model Pembelajaran Mandiri
Dalam Model Pembelajaran Mandiri menurut Wedemeyer (1983), peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pembelajaran yang diberikan guru/pendidik dikelas.  Peserta didik dapat mempelajari pokok materi tertentu dengan membeca modul atau melihat dan mengakses program e-learning tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain. Selain itu peserta didik memiliki otonomi dalam belajar.
Namun menurut ahli lain, belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri (Panen, 1997). Belajar mandiri bukan merupakan usaha untuk mengasingkan peserta didik dari teman belajarnya dan dari guru/instrukturnya. Hal terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam prses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya peserta didik tidak bergantung pada guru/pendidik, pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar.
Tugas guru/instruktur dalam model pembelajaran mandiri ini ialah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila diperlukan. Bentuknya terutama bantuan dalam menentuakan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan peserta didik sendiri.


       2.3       MEDIA/ALAT PERAGA
                      2.3.1          Pengertian
Pengertian alat peraga adalah semua atau segala sesuatu yang bisa digunakan dan dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak atau kurang jelas menjadi nyata dan jelas sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta minat para siswa yang menjurus kearah terjadinya proses belajar mengajar.
Alat peraga merupakan suatu alat yang dipakai untuk membantu dalam proses belajar-mengajar yang berperan besar sebagai pendukung kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh pengajar atau guru. Penggunaan alat peraga ini mempunyai bertujuan untuk memberikan wujud yang riil terhadap bahan yang dibicarakan dalam materi pembelajaran. Alat peraga yang dipakai dalam proses belajar-mengajar dalam garis besarnya memiliki manfaat menambahkan kegiatan belajar para siswa, menghemat waktu belajar, memberikan alasan yang wajar untuk belajar, sebab dapat membangkitkan minat perhatian dan aktivitas para siswa.
Pengertian dari alat peraga menurut beberapa para ahli atau pakar, diantaranya yaitu:
1        Menurut Wijaya & Rusyan [1994] – yang dimaksud Alat Peraga Pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar & dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan – tujuan belajar.
2        menurut Nasution [1985] – alat peraga pendidikan adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif.
3         menurut Sudjana [2009] – Pengertian Alat Peraga Pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata & telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif & efisien.
4        menurut Faizal [2010] – Alat Peraga Pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik & membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.
             2.3.2          Tujuan dan Manfaat Alat Peraga
            Berikut ini beberapa tujuan alat peraga disebutkan selain di atas tadi, ialah sebagai berikut:
1        Alat peraga dalam pendidikan  memiliki tujuan supaya proses pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar para siswa.
2        Alat peraga pendidikan dapat memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana siswa belajar dengan banyak sekali kemungkinan, sehingga belajar dapat berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu.
3        Alat peraga pendidikan mempunyai manfaat supaya belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas, alat peraga dapat memungkinkan mengajar lebih sistematis dan juga teratur.
Berikut ini manfaat dari penggunaan alat peraga pendidikan yaitu antara lain sebagai berikut ini:
a.       Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
b.      Mencapai sasaran yang lebih banyak.
c.       Dapat membantu dalam mengatasi berbagai macam hambatan dalam proses pendidikan.
d.      Dapat merangsang sasaran dari pendidikan untuk mengimplementasikan ataupun melaksanakan pesan-pesan kesehatan atau pesan pendidikan yang akan disampaikan.
e.       Dapat membantu sasaran pendidikan untuk belajar dengan cepat serta belajar lebih banyak materi atau bahan yang disampaikan.
f.       Merangsang sasaran pendidikan untuk bisa meneruskan berbagai pesan yang disampaikan yang memberi materi kepada orang lain.
g.      Dapat mempermudah saat penyampaian materi pendidikan atau informasi oleh para pendidik.
h.      Dapat Mendorong keinginan orang-orang maupun individu untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, lalu pada akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. Individu yang melihat sesuatu yang memang ia diperlukan tentu akan menarik perhatiannya. Dan juga apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan dapat memberikan pengertian baru untuknya, yang merupakan pendorong untuk melakukan ataupun memakai sesuatu yang baru tersebut.
i.        Membantu menegakkan pengertian atau informasi yang diperoleh. Sasaran pendidikan di dalam menerima sesuatu yang baru, manusia memiliki kecenderungan untuk melupakan/lupa. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut, AVA (Audio Visual Aid – alat bantu atau peraga audio visual) dapat membantu menegakkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah diterima oleh sasaran pendidikan sehingga apa yang diterima akan lebih lama tersimpan di dalam ingatan si penerima.
        2.3.3         Alat Peraga
a.       Nama Alat Peraga
Penulis memberi nama untuk alat peraga yang digunakan adalah Learning Balls, yang artinya bola pembelajaran, karena bola-bola yang akan digunakan untuk diperagakan dalam pelajaran matematika konsep operasi hitung.
a.       Cara Pembuatan Alat Peraga
1.      Alat dan bahan
a.       Alat yang digunakan
-          Gunting
-          Double tipe, lem, dan isolatip
-          Spanduk bekas atau triplek
-          Plastik
-          Tali rapia
-          ATK
-          Kertas kado/karton
-          Jarum
-          Benang
b.      Bahan yang digunakan
-          Bola warna
-          Kardus kecil
-          Spanduk bekas atau triplek
2.      Cara membuat
1.      Siapkan gunting lem, gunting, plastik, dan triplek
2.      Kemudian gunting plastik panjang 30 cm dan lebar 15 cm, sebanyak 12 guntingan plastik
3.      Kemudian bungkus triplek dengan menggunakan kertas kado
4.      Tempelkan guntingan-guntingan plastik ke triplek
5.      Lubangi triplek tepat dibagian atas, kemudian ikat dengan tali untuk menggantungkan media tersebut
3.      Cara Menggunakan Alat Peraga
1.      Sebelum menggunakan alat peraga tersebut guru harus menyiapkan soal yang akan diperagakan didepan kelas.
2.      Guru menuliskan atau menyebutkan soal yang akan diperagakan, misal : (4 + (-2))
3.      Guru mengambil bola kedalam kerdus sebanyak jumlah soal yang dibuat, kemudian memasukannya kelubang atau plastik pertama (4 buah bola) dan memasukan kelubang kedua (2 buah bola).
       2.4        MODUL
                    2.4.1            Pengertian
                        Modul pembelajaran merupakan satuan program belajar mengajar  yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional) (Winkel, 2009:472).
            Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010).
                        Menurut Goldschmid, Modul pembelajaran sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, di desain guna membantu siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar (Wijaya, 1988:128).
                        Vembriarto (1987:20), menyatakan bahwa suatu modul pembelajaran adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit konsep daripada bahan pelajaran. Pengajaran modul merupakan usaha penyelanggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya.
                   Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.
        2.4.2            Ciri-ciri/ Karakteristik Modul
Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar  yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.
Anwar (2010), menyatakan bahwa karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut :
1        Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.
2        Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.
3        Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
4        Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5        User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.
6        Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
Menurut Wijaya (1988:129), ciri-ciri pengajaran modul pembelajaran adalah :
1        Siswa dapat belajar individual, ia belajar dengan aktif tanpa bantuan maksimal dari guru.
2        Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan bersumber pada perubahan tingkah laku.
3        Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan sampai 75% penguasaan tuntas (mastery learning)
4        Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan menurut kemampuannya masing-masing.
5        Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruction, dengan belajar seperti ini, modul membuka kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
6        Modul memiliki daya informasi yang cukup kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga siswa secara spontan mempelajarinya.
7        Modul banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat aktif.
        2.4.3            Kelemahan dan Kelebihan Modul Pembelajaran
  1. Kelemahan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Belajar dengan menggunakan modul juga sering disebut dengan belajar mandiri. Menurut Suparman (1993:197), menyatakan bahwa bentuk kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan-kekurangan sebagai berikut :


(1)   Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
(2)   Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum  matang pada khususnya.
(3)   Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa membutuhkan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan modul juga memiliki beberapa kelemahan yang mendasar yaitu bahwa memerlukan biaya yang cukup besar serta memerlukan waktu yang lama dalam pengadaan atau pengembangan modul itu sendiri, dan membutuhkan ketekunan tinggi dari guru sebagai fasilitator untuk terus memantau proses belajar siswa.
  1. Kelebihan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Belajar menggunakan modul sangat banyak manfaatnya, siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran dengan modul sangat menghargai perbedaan individu, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin efektif dan efisien.
Tjipto (1991:72), mengungkapkan beberapa keuntungan yang diperoleh jika belajar menggunakan modul, antara lain :
(1)   Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.
(2)   setelah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil.
(3)   Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
(4)   Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
(5)   Pendidikan lebih berdaya guna.
        2.4.4            Nama Modul
Nama modul yang penulis gunukan adalah Smart Book, yang artinya buku pintar.
                   2.5       LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
2.5.1        Pengertian lembar kerja siswa
Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan – pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan. Sehingga bisa dikatakan LKS sebagai perangsang pikiran bagi peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Bukan untuk tambahan nilai rapor, karena kebanyakan para guru menggunakan nilai latihan siswa sebagai tambahan nilai rapor. Padahal disini LKS digunakan untuk latihan atau sarana berfikir peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
2.5.2        Macam- Macam Lembar Kerja Siswa
Menurut Repository Universitas Pendidikan Nasional (hal 13) terdapat macam- macam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam pembelajaran sebagai berikut :
1.      Berdasarkan isinya
·         Lembar Kerja Siswa yang berisi narasi dan gambar yang diberi keterangan- keterangan.
·          Lembar Kerja Siswa yang berisi gabungan antara narasi dan gambar-gambar yang diberi keterangan.
2.      Berdasarkan langkah kerja
·         Lembar Kerja Siswa resep yaitu sistematika langkah kerja ditulis secara terperinci.
·         Lembar Kerja Siswa non resep yaitu langkah kerjanya ditulis dengan pertanyaan-pertanyaan pengarah.
3.      Berdasarkan metode
·         Lembar Kerja Siswa eksperimen yaitu dijadikan pedoman untuk melakukan eksperimen dan dapat memuat semua jenis ketrampilan proses .
·         Lembar Kerja Siswa non eksperimen yaitu dijadikan pedoman untuk memahami konsep atau prinsip tanpa memuat eksperimen dan hanya memuat ketrampilan proses tertentu.

2.5.3        Ciri-ciri Lembar Kerja Siswa
a.       LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sapai seratus halaman.
b.      LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan tertentu.
c.       Di  dalamnya  terdiri  uraian  singkat  tentang  pokok  bahasan  secara umum,  rangkuman  pokok  bahasan, puluhan  soal-soal  pilihan  ganda dan soal-soal isian.

2.5.4        Keunggulan Lembar Kerja Siswa
·         Dari aspek penggunaan: merupakan media yang paling mudah. Dapat  dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.
·         Dari aspek pengajaran: dibandingkan media pembelajaran jenis lain bisa  dikatakan lebih unggul. Karena merupakan media yang canggih dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan  mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggu-nakan argumentasi yang realistis.
·         Dari aspek kualitas penyampaian pesan pembelajaran yaitu mampu memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.
·         Dari aspek ekonomi: secara ekonomis lebih murah dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.


2.5.5        Kekurangan Lembar Kerja Siswa
·         Tidak mampu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi bersifat linear, tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan.
·         Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahmi bagian-bagian tertentu.
·         Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
·         Tidak mengakomodasi siswa dengan kemampuan baca terbatas karena media ini ditulis pada tingkat baca tertentu.
·         Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.
·         Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada sebagaian guru yang menuntut siswanya untuk menghafal data, fakta dan angka.Tuntutan ini akan membatasi penggunaan hanya untuk alat menghafal.
·         Kadangkala memuat terlalu banyak terminologi dan istilah sehingga dapat menyebabkan beban kognitif yang besar kepada siswa.
·         Presentasi satu arah karena bahan ajar ini tidak interaktif sehingga cendrung digunakan dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai.

2.5.6        Langkah-Langkah Penyusunan dan Penggunaan 
Secara umum langkah-langkah menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam repository Universitas Pendidikan Indonesia (hal 16- 17) yaitu sebagai berikut :
a.       Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar.
b.      Menyusun peta kebutuhan Lembar Kerja Siswa (LKS).
c.       Menentukan judul Lembar Kerja Siswa (LKS).
d.      Penulisan Lembar Kerja Siswa (LKS)
·         Menentukan rumusan Kompetensi Dasar dan Indikator dari pengembangan Silabus.
·         Menentukan alat pemikiran.
·         Menyusun materi sesuai dengan Indikator dari Kompetensi Dasar.

















BAB III
METODELOGI PENELITIAN
       3.1       Pengertian Metodologi Deskriptif
Metode deskripsi adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu.
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar sehingga penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam metode ini juga dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antarfenomena. Studi demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu yang dijangkau, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.
1.      Tujuan Deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
2.      Ciri-ciri Metode Deskriptif
a.       Untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. (secara harafiah)
b.      Mencakup penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan
eksperimental.
c.       Secara umum dinamakan metode survei.
d.      Kerja peneliti bukan saja memberi gambaran terhadap fenomena fenomena, tetapi:
§  Menerangkan hubungan,
§  Menguji hipotesis-hipotesis
§  Membuat prediksi,mendapatkan makna, dan
§  Implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan
§  Mengumpulkan data dengan teknik wawancara
3.      Penelitian deskriftif mempunya beberapa metode :
1)      Study kasus.
Study kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intentif dan mendetail. Karna study kasus sifatnya mendalam dan mendetail, maka study kasus pada umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis data dalam satu jangka waktu. Study kasus dalam pendidikan bisa dilakukan oleh guru, guru pembimbing, wali kelas. Terutama untuk kasus-kasus siswa disekolah yang pada umumnya permasalahannya berkenaan dengan kegagalan belajar, tidak bisa menyesuaikan diri, gangguan emosionalfrustasi, sering membolos, dan kelainan-kelainan prilaku siswa lainnya.
2)      Study Survei
Survey pada umumnya merupakan cara pengumpulan datadari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan dalam jumlah besar dan luas. Survey berusaha mengungkap jawaban melalui pertanyaan apa, bagaimana, berapa, bukan pertanyaan mengapa. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variable, bukan informasi tentang individu.
3)      Study pengembangan
Pengelompokan study pengembangan merupakan bagian dari penelitian
deskriptif, karna study ini bermaksud melukiskan hubungan antara gejalagejala sebagaimana adanya sekarang dengan fakta-fakta lain berdasarkan fungsi waktu yang bersifat kontinyu.untuk itu, peneliti dapat menggambarkan perkembangan berbagai variable dari asfek yang diseledikinya Ada dua teknik yang paling melegkapi dalam melakukan penelitian pembangunan:
a.       Metode longitudinal
Metode longitudinal sering disebut juga metode jangka panjang. Dalam metode ini penelitian dilakukan terhadap satu objek dengan mengurutkan segala pertumbuhan atau perkembangannya dari tahun ketahun dalam kurun waktu tertentu.
b.      Metode croos sectional
Metode ini dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan metode longitudinal, karna waktu yang panjang bias dipotong-potong menjadi lebih pendek.
4)      Study tindak lanjut
Study ini hampir sama dengan study longitudinal, yaitu mempelajari
perkembangan dan perubahan subjek, setelah subjek diperlakukan khusus
atau kondisi tertentu dalam kurun tertentu sampai selesai. Secara umum
penelitian ini digunakan untuk menilai kesuksesan program-program tertentu. Dalam bidang pendidikan banyak variable-variabel yang bias diberikan perlakuan baik kepada guru maupun siswa.
5)      Study kecendrungan
Study kecendrungan pada dasarnya meramalkan keadaan masa depan dengan berdasarkan keadaan , gejala, data yang ada pada masa sekarang. Keadaan masa sekarang diperoleh dari study lain, misalnya study khusus, survey agar diperoleh data dan informasi yang akurat mengenai gambaran kondisi sa'at ini. Atas dasar data dan informasi tersebut peneliti mencoba meramalkan kecendrungan pada masa yang akan dating.
6)      Study korelasi
Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variable-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.hubungan antar dua variable tidak saja dalam bentuk sebab akibat, tetapi juga hubungan timbal balik antar dua variable.
7)      Analisis dokumen.
Metode ini dipakai jika peneliti bermaksud untuk menganalisis data yang diperoleh dari dokumen. Analisis dokumen kerap juga disebut analisis kegiatan atau analisi informasi dan bahkan kadang-kadang disebut juga dengan analisis isi.
Dari dokumen yang tersedia penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan informasi yang berguna dibidangnya masing-masing. Banyak dokumen resmi dan laoran yang oleh sabagian orang dipandang sebagai arsip yang tidak berguna, namun bagi peneliti dokumen itu sangat penting untuk memahami aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok populasi tertentu, yang faktanya tersimpan didalam dokumen.
4.      Kriteria Pokok Metode Deskriptif
Metode deskriptif mempunyai beberapa kriteria pokok, yang dapat dibagi atas kriteria umum dan khusus. Kriteria tersebut sebagai berikut:
1.kriteria umum
§  Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
§  Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
§  Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini.
§  Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.
§  Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.
§  Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta serta study kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka teoritis untukitu telah dikembangkan.
2.Kriteria Khusus
§  Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value).
§  Fakta-fakta atupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
§  Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manupulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya
5.      Langkah-langkah Umum dalam Metode Deskriptif
Dalam melaksanakan penelitian deskripif, maka langkah-langkah umum yang sering diikuti adalah sebagai berikut:
a)      Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
b)      Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisih dari masalah.
c)      Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
d)     Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit.
e)      Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
f)       Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kuranggi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unitunit pengukuran yang sepadan.
g)      Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
h)      Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.
i)        Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.

Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverivikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika.

       3.2       Setting dan karakter penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November tahun 2015. Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SD Negeri Panancangan 2. Penulis mengambil lokasi ditempat tersebut dengan pertimbangan SD tersebut dekat dengan kampus sehingga memudahkan penulis dalam mencari data.


       3.3       Pengolahan Data
Data  adalah setiap kumpulan fakta. Contoh : laporan penjualan, gambaran tentang persediaan, nilai test, nama dan alat pelanggan, laporan cuaca, foto-foto, gambar-gambar, peta. Data dapat bersifat numeris (data angka) : laporan penjualan, laporan persediaan, nilai test, atau dapat juga bersifat non numeris : nama, alamat pelanggan, gambar dll.
Pengolahan Data adalah manipulasi data agar menjadi bentuk yang lebih berguna. Pengolahan data ini tidak hanya berupa perhitungan numeris tetapi juga operasi-operasi seperti klasifikasi data dan perpindahan data dari satu tempat ke tempat lain. Secara umum, kita asumsikan bahwa operasi-operasi tersebut dilaksanakan oleh beberapa tipe mesin atau komputer, meskipun beberapa diantaranya dapat juga dilakukan secara manual.
Pengolahan data terdiri dari tiga langkah utama, yakni input, proses (pengolahan), dan output. 
Input : Di dalam langkah ini data awal, atau data input, disiapkan dalam beberapa bentuk yang sesuai untuk keperluan pengolahan. Bentuk tersebut akan bergantung pada pengolahan mesin.
Proses : Pada langkah ini data input diubah, dan biasanya dikombinasikan dengan informasi yang lain untuk menghasilkan data dalam bentuk yang lebih dapat digunakan. Langkah pengolahan ini biasanya meliputi sederet operasi pengolahan dasar tertentu.
Output : Pada langkah ini hasil-hasil dari pengolahan sebelumnya dikumpulkan. Bentuk data output tergantung pada penggunaan data tersebut unutk pengolahan selanjutnya.


       3.4       Teknik Pengumpula Data
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah di olah.

(Arikunto, 2012, hlm.160) Variasi jenis instrument penelitian adalah : angket, ceklis (chek – list) atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan.
Dalam penelitian ini instrument yang akan digunakan adalah tes dan observasi.
(1)   Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Instrument ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dalam memahami pembelajaran IPS dengan metode Talking Stick yang telah dilaksanakan. Adapun yang digunakan adalah tes tertulis. Bentuk tes tertulis yang digunakan oleh peneliti  yaitu esay sebanyak 5 soal.
Menurut ( Arikunto 2012. hlm. 79). “Agar dapat diperoleh data yang valid, instrument atau alat untuk mengevaluasinya harus valid.”Oleh karena itu, sebelum instrumen ini diberikan pada kelas kontrol dan eksperimen sebagai soal pretest dan postest peneliti menguji terlebih dahulu tingkat kelayakan soal-soal yang akan diberikan tersebut pada sekolah yang berbeda. Sekolah yang di gunakan untuk menguji instrumen soal ini adalah SDN Limpar. Untuk mengukur tingkat kelayakan soal tersebut, maka di gunakan uji validitas, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.Adapun untuk menghitung berbagai uji yang digunakan tesebut peneliti menggunakan alpikasi Anates. rumus-rumus yang digunakan untuk uji kelayakan adalah sebagai berikut:

a         Menentukan validitas tiap butir soal
Dalam analisis validitas, maka dibutuhkan rumus korelasi product moment yang akan dijabarkan sebagai berikut.

Keterangan:
rxy       : koefisien korelasi antara variabel x dengan variabel y.
n          : banyaknya test
x          : nilai hasil uji coba
yI         : total test
Setelah didapat harga koefisien validitas maka harga tersebut diinterprestasikan terhadap kriteria dengan mengunakan tolak ukur yang dibuat Guilford seperti pada Tabel berikut:
Tabel
Klasifikasi Interpretasi Koefisien Validitas
Besar
Interpretasi
Validitas sangat tinggi
Validitas tinggi
0,70
Validitas sedang
0,40
Validitas rendah
0,000,20
Validitas sangat rendah
Tidak valid










1)      Menentukan reliabilitas dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut:

Keterangan:
= Koefisien reliabilitas
   = Banyak butir soal
 = Jumlah varians skor tiap item
  = Varians skor total

2)        Daya Pembeda
          Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D), indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Seluruh siswa dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Seluruh kelompok dibagi dibagi sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. (Arikunto,2009, hlm. 211)
              Cara menentukan daya pembeda (D) adalah sebagai berikut (Arikunto, 2012 hlm. 213-214).

Keterangan :
J           = jumlah siswa
JA            = banyak siswa kelompok atas
JB         = banyak siswa kelompok bawah
BA        = banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB         = banyak peserta kelompok bawah yang    menjawab benar
PA         = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB         = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Tabel
Klasifikasi Daya Pembeda
Besar Daya Pembeda
Interpretasi
DP
Soal sangat jelek
DP 0,20
Soal jelek
DP 0,40
Soal cukup
DP 0,70
Soal baik
DP 1,00
Soal sangat baik






BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
       4.1       Hasil Penelitian
1.      Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Panancangan 2 yang beralamat Jln Pakupatan KM. 04 Kota Serang. SDN Panancangan 2 merupakan SD yang berada di dekat terminal pakupatan serang. SDN Panancangaan 2 saat ini berada di bawah kepemimpinan Bapak Suryadi S.Pd Sebagai Kepala sekolah SDN Panancangan 2, beliau tidak merangkap menjadi guru kelas dan hanya fokus terhadap tugas sebagai kepala sekolah.
SDN Panancangan 2 memiliki 18 rombel kelas yang terdiri dari kelas 1 tiga rombel, kelas 2 tiga rombel, kelas 3 tiga rombel, kelas 4 tiga rombel, kelas 5 tiga rombel, kelas 6 tiga rombel.
SDN Panancangan 2 memiliki 26 pegawai sekolah yang terdiri dari 23 guru kelas,1 kepala sekolah, 1 penjaga sekolah, dan 1 penjaga kantin sekolah.
SDN Panancangan 2 memiliki 12 ruangan, 9 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 perpustakaan, 1 ruang TU, 1 Kantin, dan kamar mandi.
SDN Panancangan 2 membagi kegiatan belajar mengajar menjadi 2 sesion, pagi dan siang. Untuk belajar pagi diisi oleh kelas 1, 2, 5, dan 6. Dan untuk siang diisi oleh kelas 3, dan 4.
2.      Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa  kelas 4A. kelas 4A ini berjumlah 33 anak yang terdiri dari 18  anak laki-laki dan 13 anak perempuan. Siswa kelas 4 rata-rata berusia 9-10 tahun.. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terkait dengan perkembangan nilai siswa, sebelum menggunakan media pembelajaran dan sesudah menggunakan media pembelajaran..  permasalahan yang muncul pada siswa kelas 4A yaitu pada aspek kognitif, karena siswa yang didalam kelas 4A termasuk siswa yang kurang pandai
3.      Pelaksanaan dan Observasi
Adapun proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1)      Kegiatan Awal
Kegiatan awal anak dikondisikan untuk masuk kelas dengan rapih. Hari senin anak dibimbing untuk latihan upacara bendera. Hari Jum’at dikondisikan untuk melalukan senam pagi dilapangan. Anak berdo’a bersama sebelum memulai kegiatan apapun. Kegiatan awal ini dilakukan sebagai kegiatan pemanasan sebelum anak melakukan kegiatan inti.
2)      Kegiatan inti Anak dikondisikan duduk ditempat duduknya dengan rapih.  Anak diajak tepuk-tepukan hari itu. Pendidik menanyakan kabar anak dan mengabsen anak. Anak dibimbing untuk bercakap-cakap tentang pelajaran yang akan dipelajari pada hari itu.
Observasi Bersamaan dengan tahap tindakan, observer melakukan observasi atau pengamatan. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengamati kemampuan anak dalam mencapai hasil maksimal khususnya dalam pelajaran matematika konsep Operasi Hitung Campuran, serta ketertarikan anak dalam kegiatan proses pembelajaran. Indikator yang diamati yaitu kemampuan menghitung konsep  operasi hitung campuran
       4.2       Pembahasan
1.      Pelaksanaan Uji Coba
a.       Pendahuluan
Sebelum mengajar , siswa sangat atusias terhadap kedatang pengajar , sebelum pengajar datang kekelas, guru kelas IV telah sedikit menjelaskan sedikit mengenai materi sifat-sifat benda. Lalu pengajar memberikan soal pretest untuk mengukur kemampuan siswa
b.       Proses
Penulis menjelaskan materi konsep operasi hitung campuran, dimulai dari menjelaskan operasi hitung yang penjumlahan dan  pengurangan. Penulis menunjukan media yang  menunjang proses pembelajaran, seperti bola kecil, tempat menyimpan bola, kertas, dll. Agar siswa efektif  dan kondusif  dalam kegiatan pembelajaran, pengajar memberikan suatu tepukan yang dinamakan tepuk diam “ (prok 3x syuuuut, prok 3x syuuut, diaaaammmm)”. Siswa terlihat bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Setelah pengajar menjelaskan tentang materi konsep operasi hitung, kemudian membahas soal pretest. Disini siswa sangat bersemangat untuk menghitung soal yang akan dibahas. Suasana kelas menjadi rame ketika pengajar menanyakan jawaban siswa “ benar apa tidak?”.
c.       Akhir
Setelah melakukan proses pembelajaran, siswa mengerjakan soal posttest.  Tidak sedikit siswa yang mengerjakan soal  hanya dalam waktu 5 menit, tapi masih ada saja siswa yang lama dalam mengerjakan soal posttest tersebut. Beda halnya dengan menjawab soal pretest , dalam menjawab soal posttest siswa terlihat lebih semangat dan cepat dalam mengerjakannya, dan hasil dari soal posttest tersebut nilai siswa dalam pelajaran matematikan mengalami kenaikan. Hal ini bisa dilihat dari tabel nilai siswa berikut ini :








Tabel 1. Hasil Pretedan Posttesst
NO
NAMA
NILAI
KET
PRETEST
POSTTEST
1
Siti rohmah bustomi
8
8
TP
2
Sutia wati
4
8
N
3
Derika mulyadi
8
8
TP
4
Febriyanti
4
8
N
5
Feydi romadoni
2
6
N
6
Asep prayitno
4
2
TN
7
Anggi novitasari
2
6
N
8
Andri ali rizkianto
0
2
N
9
Anisa sita ramadhani
8
8
TP
10
Azizah roudhatul jannah
8
8
TP
11
Dava dwi saputra
6
8
N
12
Deni kurniawan
8
8
TP
13
Elviana ayu dwi retno
8
6
TP
14
Ega wahyu
8
10
N
15
Eha julaeha
8
8
TP
16
Janu aryansyah
4
8
N
17
Khaerunnisa
6
8
N
18
Kamdani
6
4
TN
19
Listiaroh
6
4
TN
20
Mochamad mahista ilham
6
8
N
21
Muhamad akbar desta
6
8
N
22
Nurali
6
6
TP
23
Ramadhan pusa abhiyana
6
10
N
24
Ramadhan pusa abhiyana
6
6
TP
25
Ridha afifah
10
8
TN
26
Rizal ruk fikri
10
10
TP
27
Rangga saputra ungu
10
10
TP
28
Wahyu ilahi
10
10
TP
29
Muhammad rafly ramadhany
10
10
TP
30
Raehan maulana
6
10
N
31
Syahrul irwansyah
8
10
N
32
Ferly dhinannta
4
6
N
33
Ivena maulida
10
10
TP

JUMLAH
216
250


RATA-RATA
6.54
7.57


Keterangan      : TP      = Tetap
                                      TN     = Turun
                                       N      = Naik
  1. Ada 13 siswa yang dapat mempertahankan nilainya
  2. Ada 15 siswa yang mengalami kenaikan nilai
  3. Ada 5 siswa yang mengalami peurunan nilai
Dari tabel nilai diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata siwa pada materi Konsep Operasi Hitung Campuran diatas mengalami kenaikan.
2.      Hasil Uji Coba
Dari hasil uji coba yang dilakukan, melalui soal pretest dan posttest, terlihat bahwa rata-rata nilai siswa pada pelajaran Matematika materi Konsep Operasi Hitung Campuran mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena siswa lebih cepat mamahami pelajaran dengan menggunakan media. Dan model pembelajaran yang digunakan penulis menambah siswa paham dalam materi ini. Model yang digunakan tidak hanya membuat paham akan tetapi bisa membuat pelajaran menjadi menyenangkan.







BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
  1. Kesimpulan
Berdasarkan tabel hasil pretest dan posttes siswa di V SDN Panancangan 2 pada Pelajaran Matematika materi Operasi Hitung Campuran melalui Model make a match diatas dapat dilihat, bahwa nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata siswa padantu saat pretest adalah 6.54. setelah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model make a match dan media pembelajarn yang ditunjang dengan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan, kemudian diselingi dengan permainan yangberkaitan dengan materi ajar, agar siswa selalui ingat dengan materi tersebut, semangat siswa menjadi lebih meningkat. Begitu juga dengan nilai posttest mereka yang mengalami peningkatan, yaitu 7.57.
  1. Rekomendasi
a.         Sekolah
Penambahan sarana dan prasarana bagi pengajar, dapat dipenuhi untuk peunjang proses pembelajaran
b.         Guru
Mata kuliah ini sangat perlu sekali untuk membekali diri dalam praktik mengajar, sehingga guru dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya dilapangan, bagaimana cara mengajar yang baik, cara mengelola kelas yang baik, cara membuat RPP, dan lain-lain. Sehingga pada saat menjadi guru, kita sudah tidak merasa canggung lagi, dan dapat  menbuat rencana pembelajaran yang baik.


c.              Mahasiswa
Mata kuliah seminar ini sangat penting, karena mahasiswa dapat belajar dari pengalaman yang terjadi dilapangan, yang tidak sama dengan kondisi pada saat perkuliahan. sehigga, mahasiswa dapat mempersiapkan diri dan belajar lebih baik lagi, untuk bekal pada saat sudah menjadi guru yang sesunguhnya.




















DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Budiamin, Amin, dkk. 2006. ”Perkembangan Peserta Didik”. Bandung : Upi Press
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada



 Operasi Hitung Campuran
Operasi hitung campuran adalah operasi atau pengerjaan hitung yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu operasi. Penyelesaian pengerjaan operasi hitung campur merujuk pada perjanjian tertentu, yaitu penjumlahan dan pengurangan setingkat. Ini berarti manapun yang ditulis dahulu, operasi itu yang dikerjakan terlebih dahulu, kecuali terdapat dalam tanda kurung.
Tingkatan perkalian dan pembagian lebih tinggi dibandingkan dengan penjumlahan dan pengurangan. Artinya, perkalian dan pembagian dikerjakan terlebih dahulu sebelum penjumlahan dan pengurangan. Mengapa hal ini dapat terjadi? Selain telah disyaratkan dalam perjanjian, kita juga menunjukan bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang, dan pembagian merupakan pengurangan berulang
1.   Penjumlahan dan pengurangan
Kamu sudah mengenal operasi-operasi hitung bilangan yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Tahukah kamu bahwa operasi-operasi hitung tersebut mempunyai tingkatan dalam urutan pengerjaannya.
Aturan operasi hitung campuran berikut.
1.    Operasi dalam tanda kurung harus didahulukan.
2.   Operasi perkalian dan pembagian setingkat. Selesaikan perhitungan dan sebelah kiri ke kanan.
3.   Operasi penjumlahan dan pengurangan setingkat. Selesaikan perhitungan dari sebelah kiri ke kanan.
4.   Operasi perkalian dan pembagian lebih tinggi daripada penjumlahan dan pengurangan. Perkalian dan pembagian harus dikerjakan dahulu.

Mari kita selesaikan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan berikut ini.

1.   10 + 5 – 3 = ( 10 + 5 ) – 3
 = 15 – 3
 = 12

2.   20 + 15- 35 = ( 20 + 15 ) – 35
 = 5 – ( - 35 )
 = 40


Hitunglah:
1. 21 + 4 × 5 = ....
2. 65 × (22 + 32) = ....
3. 160 – 12 × 13 + 210 = ....
4. 1.750 + 1.500 : 30 – 1.250 = ....

Jawab:
1. 21 + 4 × 5 = 21 + (4 × 5)
                      = 21 + 20
                      = 41

2. 65 × (22 + 32) = 65 × 54
                            = 3.510

3. 160 – 12 × 13 + 210 = 160 – (12 × 13) + 210
                                     = 160 – 156 + 210
                                     = 4 + 210
                                     = 214

4. 1.750 + 1.500 : 30 – 1.250 = 1.750 + (1.500 : 30) – 1.250
                                               = 1.750 + 50 – 1250
                                               = 1.800 – 1250
                                               = 550



Rounded Rectangle: Operasi penjumlahan dan pengurangan adalah setingkat.
Urutan pengerjaannya mulai dari kiri.
 




Selanjutnya, mari kita selesaikan operasi hitung campuran perkalian dan pembagian berikut ini.

1. 28 × 10 : 4 = (28 × 10) : 4
    = 280 : 4
    = 70
2. 450 : 75 × 16 = (450 : 75) × 16
        = 6 × 16
        = 96


Rounded Rectangle: Operasi perkalian dan pembagian adalah setingkat. Urutan
pengerjaannya mulai dari kiri.
 




Selanjutnya, mari kita selesaikan operasi hitung campuran perkalian dan pembagian berikut ini.
LKS
LEMBAR KERJA SISWA
Penanaman Konsep
  1. Media yang digunakan
Berbagai benda yang dimiliki siswa seperti, pensil, buku, penghapus, pulpen dan sebagainya.
  1. Kegiatan pembelajaran
-          Sebagai pengantar, siswa harus diingatkan kembali tentang penjumlahan dan pengurangan sebagai kamampuan dasar
-          Guru dan siswa mempersiapkan media yang diperlukan dalam peragaan berikut.
  1. Peragaan
Andaikan akan diperagakan 6 + 7 – 4 = …
Mana yang didahulukan, (6 + 7) – 4 = … atau 6 + ( 7 – 4 ) = …
Melalui peragaan berikut akan ditunjukan (6 + 7) – 4 = …
 


                                                                                                                                      =

Rounded Rectangle:       
       
                        6                                   +                                  7                                 


                             13
HITUNGLAH SOAL BERIKUT INI !
  1. 4 – 5 + 3 = ….
  2. 5 + (-4) – 6 =  …..
  3. 8 : 2 – 5 = ….
  4. 7 + 15 – 19 = ….
  5. 8 – 6 + (-5) = ….
  6. 4 : 4 – 9 = ….
  7. 8 X 3 – 20 = ….
  8. 12 : 4 + 6 = …..
  9. 3 + 8 – 9 = ….
  10. 20 : 2 – 15 = ….
SOAL CERITA !
  1. Budi mempunyai 6 buah apel, kemudian ia memberi kepada saudaranya 4 buah apel, lalu ia diberi apel 2 buah oleh ibunya. Berapah apel budi sekarang ?
  2. Lala membeli 2 pasang sepatu, kemudian ia beri 1 pasang sepatu oleh ayahnya. Kamudian sepatu tersebut diminta saudaranya 1 pasang sepatu. Berapakah pasang sepatu milik lala sekarang?
  3. Lisa mempunyai 50 buah jeruk.  Jeruk  tersebut  diberikan pada adiknya sebanyak 28 buah. Kemudian, ia diberi 15 buah jeruk oleh ibu. Berapa banyak buah jeruk Lisa sekarang?
  4. Suhu udara di Bandung pagi hari (-3’C) ditambah kenaikan suhu pada siang hari (14’C) dikurangi suhu turun pada malam hari (16’C). berapa suhu udara yang ada di Bandung?
  5. Ria mempunyai 5 buah buku. Buku tersebut diberikan kepada kakaknya 4 buah buku. Kemudian ia diberi 3 buah buku oleh ibunya. Berapa banyak buku Ria sekarang?
  6. Budi membeli 6 buah apel, lalu ia membeli lagi 3 buah apel. Apel tersebut diberikan kepada tetangga sebanyak 2 buah. Berapa banyak buah apel budi sekarang?
  7. Ria mempunyai 5 buah buku. Buku tersebut diberikan kepada kakaknya 4 buah buku. Kemudian ia diberi 3 buah buku oleh ibunya. Berapa banyak buku Ria sekarang?
  8.  
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah                         : SDN Panancangan 2
Kelas/Semester                        : IV (Empat) /1 (satu)
Mata Pelajaran                         : Matematika
Pokok Bahasan Pelajaran        : Operasi hitung campuran
Jumlah Pertemuan                   : 2 x 35 menit  (1 X pertemuan)      
  1. Standar Kompetensi      
  1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.
  1. Kompetensi Dasar
                   1.4       Melakukan operasi hitung campuran.
  1. Indikator
1.      Menentukan aturan operasi hitung campuran.
2.      Menyelesaikan soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung campuran.
  1. Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa dapat menentukan aturan operasi hitung campuran.
2.      Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang mengandung pengerjaan hitung campuran.
  1. Materi Pembelajaran
                                  a.         Operasi hitung bilangan
                                 b.         operasi hitung campuran
                                  c.         penyelesaian soal cerita operasi hitung bilangan
  1. Metode Pembelajaran
Metode            : Ceramah, penugasan, tanya jawab
Model              : Kooperatif tipe make a match

  1. Kegiatan Pembelajaran
No
Kegiatan
Sub Kegiatan
Waktu
Pengorganisasian Siswa
Siswa
Guru
1.
Pendahuluan
a.    Menjawab salam





Berdoa bersama guru dipimpin ketua kelas

c.  Mengikuti presensi

Mengikuti games yang diberikan guru


e.   Menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
a.  Membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam

Meminta ketua kelas memimpin doa

c. Melakukan presensi

Memberikan games untuk membangkitkan semangat siswa

Mengemukakan tujuan pembelajaran
15
menit
Individu
2.
Pembelajaran Inti
ü Eksplorasi
Bersama guru membuka buku pelajaran mengenai  bab operasi hitung bilangan

BMemperhatikan guru yang menjelaskan mengenai konsep operasi hitung bilangan

ü Elaborasi

      Mengerjakan soal cerita dengan melakukan operasi hitung campuran


Mengerjakan soal operasi hitung bilangan di depan kelas



ü Konfirmasi
a.        Memperhatikan umpan balik yang diberikan oleh guru





Melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan



Siswa dan guru bertanya jawab mengenai materi yang belum diketahui siswa

a.Bersama siswa membuka buku pelajaran mengenai  bab operasi hitung bilangan

Menjelaskan mengenai konsep operasi hitung bilangan




a.    Memantau siswa mengerjakan soal cerita dengan melakukan operasi hitung campuran

b.    Menunjuk tiga siswa untuk mengerjakan soal operasi hitung bilangan di depan kelas


a.   Memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa

Memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan

c. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
45 menit
Individu
3.
Penutup
    Bersama-sama dengan guru membuat rangkuman
atau simpulan pelajaran

b.    Dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru mengenai materi pelajaran yang telah diberikan



Menyimak tugas lanjut yang diberikan guru

d.  Menyimak rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

e.   
Berdoa bersama dan menjawab salam penutup dari guru
Bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran


BMelakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

c.  
Memberikan tugas lanjut kepada siswa


Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

e. Berdoa bersama dan mengucapkan salam penutup
10 menit
  1. Media dan Sumber Belajar
1.      Media Pembelajaran          : Learning Balls atau bola pelajaran
2.      Sumber Belajar                  : Modul Pembelajaran kelas 4 SD
  1. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal

1.      Melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat
2.      Melakukan operasi hitung campuran dengan bilangan bulat
3.    Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan bilangan bulat
Tugas Individu
dan Kelompok


Isian
Buatlah diagram panahnya 4, -5,-3 –10!
Buatlah diagram panah dari operasi 3 + - 10 = n!
5 – 6 + 4 = ……
–20 – 30 + 5 = …………
dst


Format Kriteria Penilaian      
1.      Produk ( hasil diskusi )
No.
Aspek
Kriteria
Skor
1.
Konsep
* semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1

2.      Performansi
No.
Aspek
Kriteria
Skor
1.



2.
Pengetahuan



Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan

* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1

4
2
1


 Lembar Penilaian
No
Nama Siswa
Performan
Produk
Jumlah Skor
Nilai
Pengetahuan
Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
 
 CATATAN :
  Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
      @ Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.

Serang, 18 Desember 2015

Mengetaui                                                                 
Kepala Sekolah
Guru Kelas


Suryadi, S.Pd
Yuyun, S.Pd
                 NIP.
                     NIP.