Rabu, 10 Desember 2014

tuhan tak adil



Tuhan Tidak Adil?
Dimana letak keadilan Tuhan?
Mungkin ini merupakan pertanyaan konyol bagi orang-orang yang tidak pernah bersyukur atau mungkin belum mampu atau bahkan tidak mengerti rasa syukur, dan bahkan tidak mengerti esensi keadilan pula.
Kita semua tidak akan merasakan keadilan selagi kita belum mengetahui esensi sejati dari keadilan, semua insan mendambakan dan mengagungkan keadilan, entah itu keadilan hukum, keadilan dari orang tua, keadilan dari teman, keadilan pasangan, dan sudah barang tentu, keadilan dari Tuhan, hampir semua orang akan merasa kecewa bahkan marah ketika keadilan tidak berpihak kepadanya, karena seringkali kebanyakan dari kita semua berparadigma bahwa keadilan itu sama rata, jika si A mendapat 5 buah apel dan 3 buah jeruk, maka ia dan semua orang harus mendapatkan 5 buah apel dan 3 buah jeruk. Jika anda atau siapapun masih berparadigma seperti itu, maka itu adalah salasatu kekeliruan dari esensi keadilan, karena jika seperti itu adanya kita akan menuntut kepada Tuhan untuk menyamakan anugrah-Nya kepada semua makhluk, dan jika begitu itu sudah tidak benar, tidak mungkin Tuhan menyamaratkan nikmat dan anugrah-Nya kepada suatu hal antarmakhluknya, karena jika Tuhan memberikan kemudahan hidup dan kekayaan, dan semua orang didunia kaya tidak ada yang miskin, maka tidak akan terjadi hubungan sosial yang baik tidak akan ada istilah saling membantu dan tolong menolong karena apa? Karena semua orang mampu. Tapi manusia sebagai makhluk        Tuhan yang paling mulia diantara makhluk lainnya seringkali berprasangka buruk terhadap Allah swt, padahal sejatinya Allah lebih tahu siapa yang pantas untuk menerima keadilannya, Allah lebih tahu apa yang dibutuhkan hambanya, dan  Allah lebih tahu rencana yang indah dan lebih indah dari rencanya manusia yang merangkai cita-citanya, tapi sekali lagi Alah lebih tahu.
Dalam tulisan ini, saya akan membahas menegnai dua pertanyaan  apa esensi keadilan tuhan?, dan dimana keadilan letak tuhan?
Namun sebelum lebih jauh membahasa alangkah lebih baiknya untuk kita mengetahui tentang arti atau esensi keadilan secara spesifik, dimulai dari arti leksikal atau arti kamus secara umum mengenai kata keadilan, dalam KBBI keadilan berasal dari kata adil yang berarti tidak berat sebelah tidak memihak: berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran;  sepatutnya; tidak sewenang-wenang. Dalam Agama Islam perintah untuk berbuat adil dijelaskan dalam firman Allah:
 "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pengajaran".( QS An-Nahl{16}: 90)
Jelas sudah dari terjemah QS An-Nahl{16}: 90 memerintahkan kepada kita semua untuk senantiasa selal berlaku adil, lalu dipertegas kembali dengan firman-Nya dalam Al-Maidah [5] : 8
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang menegakan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap satu kaum, mendorong untuk kamu berbuat tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-Maidah [5] : 8)
Dari definisi dan perintah Allah dalam Al-Qur’an, dapat disimpulkan bahwa keadilan berasal dari kata adil yang berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah, lalu kembali lagi pada pertanyaan, dimana letak keadilan Tuhan?
Jawabnya ada pada bersyukur atau tidaknya seseorang, banyak orang dan mungkin termasuk saya selalu menggembor-gemborkan mengenai keadilan, Semua orang menjunjung dan mendambakan keadilan, terutama keadilan Tuhan.
Terkadang ketika seseorang berada pada titik jenuh dan keputusasaannya seringkali mengeluh kepada siapapun yang bisa ia ajak bicara,
“Tuhan tidak adil, katanya tuhan adil? Tapi kemana? Tuhan tidak ada ketika saya butuh? Tuhan tidak pernah memihak pada saya, semua yang saya dapat selalu jelek, semua yang saya inginkan sellau berakhir pada kekecewaan, usaha saya selalu gagal, saya selalu beribadah sebagaimana orang-orang lain yang menerima keadilan Tuhan, tapi saya tidak pernah mendapatkan keadilan Tuhan?, saya berusaha mereka berusaha saya lelah mereka lelah, mereka mendapatkan sementara saya tidak?”
Itulah pikiran yang terkadang muncul dalam pikiran setan yang ada pada diri saya, namun perlu disadari juga bahwa pikiran semacam itu sering muncul ketika kita jauh dengan Allah,  Allah akan memberikan nikmatnya kepada hambanya yang bersyukur bukan kepada hambanya yang kufur.
“Ya Allah, kenapa aku dilahirkan seperti ini, tidak cantik, tidak pintar miskin pula, kenapa ya Allah?, padahal aku sudah belajar dan berusaha? TUHAN TIDAK ADIL”

Tapi seketika saya sadari mengenai esensi keadilan, dan keadilan tuhan yang selama ini saya cari, mari kita renungkan
Sudahkah kita melakukan apa yang seharusnya kita lakukan kepada Tuhan?
Sudahkah kita melakukan apa yang dilakukan oleh mereka yang mendapat keadilan?
Lalu sudahkah kita bersyukur?
Ternyata adil itu tidak sekedar seimbang atau sama rata, tapi adil itu sesuatu yang  sesuai porsi dan adil itu tidak harus sejajar, kita analogikan seperti ini, si A rajin sholat tahajud dan puasa, sedangkan si B hanya rajin ibadah 5 waktu, lalu si A mendapat sebuah mobil sedangkan si B mendapatkan sebuah motor sekilas tidak adil, tapi Allah lebih tahu, mengenai apa yang harus diberikan kepada hambanya.
Tuhan memberikan sesuatu kepada hambanya sesuai kadar dan kewajarannya, ada yang kaya raya namun tidak memiliki anak ehingga merasa kurang bahagia dan ada yang miskin tapi memiliki anak sehingga mereka hidup bahagia. Jadi letak ekadilan Tuhan ada pada bersykur atau tidaknya seseorang, karena eksistensi keadilan tuhan terletak pada sudahkah seorang hamba berlaku adil kepada Tuhannya?
Kesimpulannya, adil itu tidak berarti sama rata tapi adil itu mampu menempatkan dan merasakan sesuatu sesuai kadarnya, serta mampu memberikan porsi sesuai proposrsinya dan mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, karena Allah selalu memberi pada waktunya, memeberi pada tempatnya, memberi sesuai kemampuan, memebri sesuai kebutuhan hambanya. Lalu masihkah kita betanya dimaan etak ekadilan tuhan? Mari renungkan, mari berbenah diri!
06/12/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar