BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG MASALAH
Setiap zaman mempunyai seorang pemimpin.
Zaman memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, Indonesia dipimpin oleh
generasi Ir. Soekarno, Drs. Mohd. Hatta, Syahrir, Adam Malik, dan banyak tokoh
nasional yang lain. Dan pada masa Reformasi, Indonesia dipimpin oleh KH.
Abdurrahman Wahid dan generasinya seperti Ir. Akbar Tanjung, Prof. DR. Amien
Rais, Prof, Ir. BJ. Habibie, Hj. Megawati, dan banyak lagi tokoh zaman sekarang
yang dulunya (pada zaman Ir. Soekarno) adalah para pemudanya.
Pemuda adalah pewaris masa depan bangsa.
Di tangan pemudalah masa depan bangsa ditentukan. Demikian pameo yang lazim
kita dengar pada setiap event tentang kepemudaan digelar. Itu berarti bahwa
nasib suatu bangsa yang akan datang ada di pundak generasi muda. Dalam sejarah
peradaban bangsa, pemuda merupakan aset bangsa yang sangat mahal dan tak
ternilai harganya.
Kemajuan atau kehancuran bangsa banyak
tergantung pada kaum mudanya sebagai agent of change (agen perubah).
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Apasaja
Peran Pemuda Sebagai Tonggak Moral Bangsa?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
1. Mahasiswa
dapat menjelaskan peran pemuda sebagai tonggak moral bangsa
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pemuda Sebagai Wajah Bangsa
Kekuatan sebuah bangsa terletak di
tangan para pemudanya. Karena merekalah yang akan menunjukkan wajah kehormatan
suatu bangsa dalam segala kontes kehidupan. Jika para pemuda dalam suatu negara
mengalami kerusakan moral dan agama, maka sangat disayangkan nasib bangsa itu
nantinya.
Karena bagaimana pun, pemuda adalah
kader bangsa yang harus terbina dengan segala bentuk pendidikan. Baik itu
pendidikan kejiawaan (Psykologi) sampai pendidikan politik. Jangan sampai
pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan oleh negara tidak memerhatikan masa
depan para pemudanya. Apalagi hanya mementingkan kepentingan pribadi dan
golongan saja.
- Pemuda dan Kepemimpinan
Seorang pemuda harus sadar bahwa masa
depan bangsa dan kepemimpinan negara berada di tangannya. Karena asas
Kepemimpinan adalah kesadaran dan kemauan. Sikap dan ciri kepemimpinan yang baik
adalah, satu, pemimpin berilmu, berakhlak, berintegritas, professional dan
pandai; dua, pemimpin membuat keputusan dan bertangguing jawab atas
keputusannya; tiga, pemimpin menetapkan yang betul; empat, pemimpin dapat
mempengaruhi bukan dipengaruhi; lima, pemimpin harus bersedia mendengar dan
berlapang dada; enam, pemimpin dapat memberi semangat dan motivasi; tujuh,
pemimpin menjadi contoh; delapan, pemimpin pemegang obor pemikiran dan
tindakan.
Oleh karena itu seorang pemuda perlu
mengetahui pengetahun tentang kepemimpinan. Dari apa itu pemimpin, ciri-ciri,
dan tugasnya. Pemimpin adalah seseorang yang pandai dan menggunakan kepandaian
tersebut untuk menggerakkan diri, organisasi dan masyarakat. Diantara
kepandaian yang harus dikuasai adalah, satu, pandai mengurus diri dan
organisasi, termasuk mengatur waktu –keperluan diri sendiri dan kerja; dua,
pandai mendengan dan menghormati; tiga, pandai memperoleh informasi; empat,
pandai menganalisa dan membuat keputusan; lima, pandai bermusyawarah; enam,
pandai mengatur keuangan; enam, pandai berkomunikasi; tujuh, pandai akan
teknologi; delapan, pandai dalam pengucapan awam (dalam bermasyarakat);
sembilan, pandai menulis dan mendokumentasi. Begitulah kiranya beberapa poin
yang perlu dikuasai oleh para pemuda sekarang agar dapat meneruskan perjuangan
mempertahankan dan memajukan bangsa dan negara.
Seorang pemuda dituntut untuk tidak
apatis (masa bodoh) atas segala masalah yang menimpa bangsa dan negara. Baik
itu masalah bencana alam sampai bencana sosial ekonomi dan politik yang dimana
alam bernegara dirusak oleh kebanyakan generasi tua yang haus akan kekuasaan.
Pemuda sebagai generasi penerus pemegang tali kekuasaan nantinya harus melawan
segala kerbobrokan yang ada di depannya. Baik itu di area sosial, atau pun politik.
- Pemuda Indonesia
Peran pemuda Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara tidak dapat diragukan lagi. Sumpah Pemuda adalah sebuah
hasil yang sangat brilian pada zaman itu. Dimana pada tahun 1928 rakyat
Indonesia masih dalam kekolotan kesukuan dan keaderahan, bahkan dalam kehidupan
beragama sekalipun.
Ketika itu para pemuda tampil bersatu
dengan dikumandangkannya lagu Indonesia Raya karya WR. Soepratman. Dan dengan
deklarasi pada 28 Oktober 1928 tersebut, seluruh tanah dari kota Sabang sampai
Merauke, bagaikan satu kesatuan. Satu kebangsaan, satu bahasa, dan satu
persaudaraan walaupun dipisahkan oleh berbagai selat dan laut. Yaitu Indonesia.
Semangat kepemudaan bangsa Indonesia
tidak luntur ketika para pendahulunya (Ir. Soekarno dan generasinya) mengalami
suatu ‘kegagalan’ dalam memimpin bangsa dan negara. Sikap otoriter dan
kekejaman pada tahun 1960-an ditentang oleh para pemuda. Baik itu yang
terpelajar (mahasiswa) ataupun rekan-rekannya.
Sikap yang sama juga terlihat pada tahun
1998 ketika para pemuda Indonesia kembali menuntut perubahan atas kediktatoran
Jendral Soeharto yang mengkudeta Ir. Soekarno dari jabatan presiden Indonesia.
Sikap kekejaman juga ditunjukkan membarengi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
yang sangat menonjol dalam setiap kabinetnya. Karena itu, para pemuda Indonesia
bangkit melawan kediktatoran dan kekolotan dalam kehidupan bernegara setelah
dikerangkeng 32 tahun.
Memang tidak dapat dinafikan peran
pemuda dalam kehidupan bernegara terutama dalam perubahan yang telah mereka hasilkan
dalam setiap zaman. Kebangkitan nasional, kemerdekaan, revolusi, sampai
reformasi. Bagi mereka serasa tidak ada kekolotan dalam kehidupan bernegara dan
berpolitik. Karena merekalah yang akan meneruskan estafeta kepemimpinan bangsa
dan negara.
- Permasalahan Pemuda
Permasalahan yang sering dihadapi oleh
para pemuda di belahan dunia adalah masalah pergaulan. Dimana pun. Bahkan
setiap tahun, rakyat Amerika membelanjakan US$10 billon untuk bahan pornografi
manakala pada tahun 2003, Negara itu membelkanjakan US$396 billion untuk
perlengkapan tentaranya.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh
generasi muda adalah pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Ada cerita
tentang seorang ayah dan anaknya ketikaberjalan-jalan di taman Haid Park yang
terkenal. Di dalam taman tersebut, si anaknya mendapati sepasang kekasih yang
berhubungan sexual di taman tersebut. Lalu si anak bertanya kepada ayahnya
“Mereka sedang apa ?” Si ayah menjawab “Mereka itu binatang” Si anak bertanya
lagi “Apa yang binatang itu kerjakan?” Maka si ayah enggan menjawabnya dan
langsung pulang.
Kisah di atas hanya salah satu dari
sekian kasus yang ada di dunia. Belum lagi kasus Homosexual (Gay atau Lesbian)
yang sangat jorok. Dan akibatnya adalah banyaknya yang terjangkitnya virus HIV
dan penyakit AIDS. Permasalahan dalam pergaulan memang masalah yang sangat
serius.
Selain itu banyak juga di kalangan
pemuda sekarang yang sangat ketinggalan informasi sehingga dapat dengan mudah
dimanfaatkan oleh orang-orang jahat yang mempunyai kepentingan pribadi dan
golongannya sendiri. Apalagi banyak pemuda yang masih mengidap penyakit
hedonistik dan hanya mementingkan kesenangannya dikala banyak kawan-kawan
sebayanya dan bahkan adik-adiknya yang hidup kelaparan dalam keterbelakangan.
- Pendidikan Sebagai Solusi
Sebagai Umat Islam, Agama yang diridhoi
Allah swt., jangan samapi kita kembali dalam lubang kokolotan dan kejumudan
dalam kehidupan. Oleh karena itu pendidikan perlu digalakkan ketika zaman
keemasan mulai muncul.
Asas utama yang harus melatar belakangi
semua bentuk pemikiran dan kerangka tindakan generasi muda di dalam
mengembalikan zaman kememasan peradaban Islam ialah pendidikan. Usaha yang
bersepadu dalam menyantuni sistem pendidikan yang mewujudkan pencerahan
pemikiran dan menyanjung tingginya akahlak harus menjadi yang utama dalam
menyanjung Islam dengan segala nuansa kehidupan walaupun di tengah-tengah
kemajuan sains dan teknologi barat.
Oleh karena itu kehidupan berbudaya
perlu digalakkan. Budaya apa saja yang dapat mencemerlangkan dan dapat
mengangkat derajat bangsa dan agama Islam. Ada empat budaya kecermelangan
adalah satu, Budaya ilmu. Senantiasa dalam suasana keilmuan dalam setiap
kesempatan; dua, budaya beragama. Senantiasa merujuk dan beramal dalam rangka
sebagai hamba Allah swt; tiga, budaya berkepemiminan. Budaya hidup
berorganisasi; adanya pemimpin dan pengikut; empat, budaya berjati diri. Kenal
akan sejarah bangsa, kekuatan, kelemahan bangsa. Hidup sebagai bangsanya,
beramal dan mempertahankan identitas bangsanya.
Selain pendidikan sektor materiil (ilmu
pengetahuan dan teknologi), pendidikan di sektor pemikiran dan ruhani perlu
ditamankan kepada para pemuda agar dapat menyeimbangi besarnya arus globalisasi
dan menjaga mereka agar tidak terjebak dalam jurang hedomisme dan pemikiran
yang menyesatkan.
Sebagai contoh, ada enam arah (sisi)
pendidikan yang diterapkan oleh Ikhwanul Muslimin kepada para pemudanyanya.
Keenam arah tersebut diceritakan oleh DR. Yusuf Qordhowi dalam bukunya,
Tarbiyah Islamiyah Wa Madrasah Hasan Al-Banna. Keenam arah tersebut adalah :
a
Sisi pemikiran. Berfikir bahwa ajaran
Islam adalah ibadah, meminta petunjuk adalah kewajiban, menuntut ilmu wajib,
dan berfikir bahwa jumud adalah suatu yang hina, dan taqlid adalah tercela.
b
Sisi akhlaq. Sisi inilah yang sangat
diperhatikan karena sebagai awal perubahan hidup bermasyarakat.
c
Sisi jasmani.
d
Sisi jihad. Yang maknanya lebih luas
dari pada kemiliteran.
e
Sisi sosial.
f
Sisi politik. Yang berhubungan dengan
masalah hokum, Undang-undang, hubungan pemerintah dan rakyat, dan hubungan
intyernasional (Diplomasi). Ada tiga pelajaran penting dalam pendidikan politik
dalam Ikhwan Muslimin. Satu, pentingnya kemerdekaan dari segala bentuk
penjajahan; dua, kesadaran dalam menegakkan hokum Allah swt di muka bumi; tga,
kesadaran untuk menyatukan umat dalam satu ikatan persaudaraan.
Jika kedua sisi pendidikan yaitu
pendidikan pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan ruhani dan
pemikiran dapat berjalan dengan seimbang, maka tidak diragukan lagi akan dapat
melahirkan generasi-generasi yang unggul dan siap berkancah dalam segala area
kehidupan.
- Harapan Kepada Pemuda
Harapan akan perubahan dalam
berkehidupan sekarang tertumpu kepada para pemuda yang merupakan penerus dan
juga harapan masa depan. Banyak sekali harapan dari para tokoh nasional dan
juga tokoh internasional akan bangkitnya Indonesia dari keterbelakangan dan
keterpurukan pada pemuda sekarang. Terutama tokoh-tokoh Islam.
Justeru pemimpin muda Islam harus
berusaha sungguh-sungguh untuk memehami sistem yang melatar belakangi pentas
politik dunia. Para pemimpin Islam mesti mewujudkan budaya membaca dan
menghadam secara serius pembahasan isu-isu global serta kritis dengan
keputusan-kjeutusan yang dibuat di dalam sistem PBB (Persarikatan Bangsa
Bangsa) yang secra langsuing melibatkan nasib umat Islam dan kesejahteraan
dunia secara umum. Pemahaman yang jelas juga harus diprakarsai dengan ikut
terlibat dalam strategik di tingkat-tingkat tertentu.
Kita perlu berusaha keras untuk
melahirkan kepemimpinan muda yang bukan hanya dapat memimpin, tetapi dapat
mengurus, pendidik – al-qaidul murabbi dan memiliki daya fakir yang dapat
melahirkan pemimpin-pemikir – al-qaidul mufakir yang dapat berperan sebagai
pemimpin perubahan.
Harapan Masyarakat terhadap Cendikiawan
Muslim diantaranya adalah satu, sebagai sumber inspirasi; dua, sebagai khazanah
ilmu; tiga, sebagai salah satu rujukan yang mampu menjelaskan suatu masalah;
empat, sebagai contoh (suri tauladan) sebagai pembangkit kesadaran.
Dalam kehidupan bernegara harapan kepada
para pemuda sangatlah besar. Karena mereka adalah para penerus yang akan
melanjutkan jalannnya kehidupan generasi tua dalam bernegara.
DR. Yusuf Qordhowi menuliskan di
bukuinya Min Fiqh Daulah Fi Al-Islam tentang tiga jalan (sarana) dalam beramar
ma’ruf nahi munkar dalam pemerintahan. Yaitu lewat senjata, majlis perwakilan
rakyat, dan demonstrasi. Jika ketiga tidak dapat membendung kemunkaran dalam
suatu pememrintahan, maka hendaklah mendidik generasi muda agar dapat
menlanjutkan estafeta amar ma’ruf nahi munkar.
Akhlak (moral) seorang pemuda tidak
hanya perlu diperbaharui dalam ruang lingkup pergaulan saja. Tetapi juga akhlak
dalam berpolitik sebagai bibit penopang keberhasilan dalam mengembalikan
kembali keemasan umat Islam dari Indonesia. Sehingga kehidupan pada masa depan
benar-benar manjadi zaman yang telah kita harapkan dari dulu. Yaitu zaman yang
berkemajuan dan kuat dalam beriman. Dengan pemimpin yang berkualitas dalam ilmu
pengetahuan dan kepemimpinan dan terlandsasi dengan budi luhur.
BAB
III
PENUTUP
Jika
kita kembali membaca sejarah umat Islam, kita akan menenukan sebuah peradaban
yang keemasaannya mengalami maju mundur- maju mundur, dan tidak tertentu
arahnya. Ini disebabkan oleh kekolotan dan tirani yang kejam di balik baju emas
ilmu pengetahuan dan pemikiran yang tidak dilandasi oleh sikap toleransi dan
akhlak yang mulia serta sikap yang mementingkan kepentingan pribadi, keluarga
dan golongan. Hanya para pemuda yang ada pada golongannya lah yang terdidik. Di
luar itu, para pemuda yang menjadi “oposisi” menjadi sebuah bom waktu yang
setiap saat meledak dengan pemberontakan yang dapat menumbangkan kerajaan.
Oleh
karena itu dalam mendidik para pemuda jangan hanya tebang pilih golongan
sendiri. Akibatnya sangat besar sekali karena pemuda yang menikmati pendidikan
dnegan yang tidak akan bertarung pada masa depan. Sehingga dapat dipastikan
akan terjadi perang pemikiran dan bisa juga menjaid perang fisik.
Dalam
mengajak pemuda untuk memasuki area pendidikan akan menemui berbagai perkara
menarik. Ada yang mudah. Ada yang susah. Perlu suatu daya tarik yang dapat
menimbulkan kesadaran pada diri pemuda sehingga pendidikan yang bermuara pada
iman, takqa dan akhlak dapat mereka nikmati.
Permasalahan
pemuda memang sangat kompleks ada di depan mata kita. Tetapi, bagaimana pun,
mereka adalah harapan bangsa masa depan. Di tengah perjuangan dalam menuntut
perubahan, masalah yang para pemuda hadapi adalah masalah pergaulan. Tidak
dapat dipungkiri lagi. Kejadian-kejadian yang kita dengar dari berbagai media
adalah masalah di depan kita. Itu karena pemikiran mereka telah diracuni oleh
berbagai iming-imingan yang sangat menggiurkan.
Kita
lihat saja peristiwa-peristiwa menggegerkan yang diledakkan oleh para pemuda
yang berkumpul dalam Jaringan Islam Liberal. Oleh karena itu kekuatan yang diperoleh
dari pengajaran ilmu pengetahuan kepada generasi muda Islam harus dimanfa’atkan
untuk membentuk pandangan umum masyarakat tentang isu-isu yang melibatkan
kepentingan masyarakat.
Semangat
para pemuda dalam memperjuangkan kebebasan perlu dikontrol dengan saksama agar
dalam menjalankannya bisa berjuang dengan baik sesuai hati nurani yang berbudi
luhur. Jangan sampai terjebak dalam lubang pemikiran yang sesat ataupun lubang
hedonisme yang berujung pada kerusakan moral mereka. Pemudalah dasar tombak tegaknya
moralitas dan disintegrasi Negara kesatuan Republik Indonesia.
Sekarang
kita memerlukan orang yang berfikir dan sanggup untuk berbuat suatu tindakan
berkali-kali, terkun tanpa putus asa sehingga berjaya. Kita tidak mahu sindrom
sekatat mengatakan “saya dah tahu” atau “ini sudah ada dalam Islam” atau
sebagainya, tetapi katakanlah “saya akan / sedang bertindak untuk memastikan
kejayaan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar