Senin, 28 Desember 2015

makalah peran pemuda sebagai tonggak moral bangsa

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap zaman mempunyai seorang pemimpin. Zaman memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, Indonesia dipimpin oleh generasi Ir. Soekarno, Drs. Mohd. Hatta, Syahrir, Adam Malik, dan banyak tokoh nasional yang lain. Dan pada masa Reformasi, Indonesia dipimpin oleh KH. Abdurrahman Wahid dan generasinya seperti Ir. Akbar Tanjung, Prof. DR. Amien Rais, Prof, Ir. BJ. Habibie, Hj. Megawati, dan banyak lagi tokoh zaman sekarang yang dulunya (pada zaman Ir. Soekarno) adalah para pemudanya.
Pemuda adalah pewaris masa depan bangsa. Di tangan pemudalah masa depan bangsa ditentukan. Demikian pameo yang lazim kita dengar pada setiap event tentang kepemudaan digelar. Itu berarti bahwa nasib suatu bangsa yang akan datang ada di pundak generasi muda. Dalam sejarah peradaban bangsa, pemuda merupakan aset bangsa yang sangat mahal dan tak ternilai harganya.
Kemajuan atau kehancuran bangsa banyak tergantung pada kaum mudanya sebagai agent of change (agen perubah).
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apasaja Peran Pemuda Sebagai Tonggak Moral Bangsa?
1.3  TUJUAN PENULISAN
1.      Mahasiswa dapat menjelaskan peran pemuda sebagai tonggak moral bangsa


BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pemuda Sebagai Wajah Bangsa
Kekuatan sebuah bangsa terletak di tangan para pemudanya. Karena merekalah yang akan menunjukkan wajah kehormatan suatu bangsa dalam segala kontes kehidupan. Jika para pemuda dalam suatu negara mengalami kerusakan moral dan agama, maka sangat disayangkan nasib bangsa itu nantinya.
Karena bagaimana pun, pemuda adalah kader bangsa yang harus terbina dengan segala bentuk pendidikan. Baik itu pendidikan kejiawaan (Psykologi) sampai pendidikan politik. Jangan sampai pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan oleh negara tidak memerhatikan masa depan para pemudanya. Apalagi hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongan saja.
  1. Pemuda dan Kepemimpinan
Seorang pemuda harus sadar bahwa masa depan bangsa dan kepemimpinan negara berada di tangannya. Karena asas Kepemimpinan adalah kesadaran dan kemauan. Sikap dan ciri kepemimpinan yang baik adalah, satu, pemimpin berilmu, berakhlak, berintegritas, professional dan pandai; dua, pemimpin membuat keputusan dan bertangguing jawab atas keputusannya; tiga, pemimpin menetapkan yang betul; empat, pemimpin dapat mempengaruhi bukan dipengaruhi; lima, pemimpin harus bersedia mendengar dan berlapang dada; enam, pemimpin dapat memberi semangat dan motivasi; tujuh, pemimpin menjadi contoh; delapan, pemimpin pemegang obor pemikiran dan tindakan.
Oleh karena itu seorang pemuda perlu mengetahui pengetahun tentang kepemimpinan. Dari apa itu pemimpin, ciri-ciri, dan tugasnya. Pemimpin adalah seseorang yang pandai dan menggunakan kepandaian tersebut untuk menggerakkan diri, organisasi dan masyarakat. Diantara kepandaian yang harus dikuasai adalah, satu, pandai mengurus diri dan organisasi, termasuk mengatur waktu –keperluan diri sendiri dan kerja; dua, pandai mendengan dan menghormati; tiga, pandai memperoleh informasi; empat, pandai menganalisa dan membuat keputusan; lima, pandai bermusyawarah; enam, pandai mengatur keuangan; enam, pandai berkomunikasi; tujuh, pandai akan teknologi; delapan, pandai dalam pengucapan awam (dalam bermasyarakat); sembilan, pandai menulis dan mendokumentasi. Begitulah kiranya beberapa poin yang perlu dikuasai oleh para pemuda sekarang agar dapat meneruskan perjuangan mempertahankan dan memajukan bangsa dan negara.
Seorang pemuda dituntut untuk tidak apatis (masa bodoh) atas segala masalah yang menimpa bangsa dan negara. Baik itu masalah bencana alam sampai bencana sosial ekonomi dan politik yang dimana alam bernegara dirusak oleh kebanyakan generasi tua yang haus akan kekuasaan. Pemuda sebagai generasi penerus pemegang tali kekuasaan nantinya harus melawan segala kerbobrokan yang ada di depannya. Baik itu di area sosial, atau pun politik.
  1. Pemuda Indonesia
Peran pemuda Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dapat diragukan lagi. Sumpah Pemuda adalah sebuah hasil yang sangat brilian pada zaman itu. Dimana pada tahun 1928 rakyat Indonesia masih dalam kekolotan kesukuan dan keaderahan, bahkan dalam kehidupan beragama sekalipun.
Ketika itu para pemuda tampil bersatu dengan dikumandangkannya lagu Indonesia Raya karya WR. Soepratman. Dan dengan deklarasi pada 28 Oktober 1928 tersebut, seluruh tanah dari kota Sabang sampai Merauke, bagaikan satu kesatuan. Satu kebangsaan, satu bahasa, dan satu persaudaraan walaupun dipisahkan oleh berbagai selat dan laut. Yaitu Indonesia.
Semangat kepemudaan bangsa Indonesia tidak luntur ketika para pendahulunya (Ir. Soekarno dan generasinya) mengalami suatu ‘kegagalan’ dalam memimpin bangsa dan negara. Sikap otoriter dan kekejaman pada tahun 1960-an ditentang oleh para pemuda. Baik itu yang terpelajar (mahasiswa) ataupun rekan-rekannya.
Sikap yang sama juga terlihat pada tahun 1998 ketika para pemuda Indonesia kembali menuntut perubahan atas kediktatoran Jendral Soeharto yang mengkudeta Ir. Soekarno dari jabatan presiden Indonesia. Sikap kekejaman juga ditunjukkan membarengi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang sangat menonjol dalam setiap kabinetnya. Karena itu, para pemuda Indonesia bangkit melawan kediktatoran dan kekolotan dalam kehidupan bernegara setelah dikerangkeng 32 tahun.
Memang tidak dapat dinafikan peran pemuda dalam kehidupan bernegara terutama dalam perubahan yang telah mereka hasilkan dalam setiap zaman. Kebangkitan nasional, kemerdekaan, revolusi, sampai reformasi. Bagi mereka serasa tidak ada kekolotan dalam kehidupan bernegara dan berpolitik. Karena merekalah yang akan meneruskan estafeta kepemimpinan bangsa dan negara.
  1. Permasalahan Pemuda
Permasalahan yang sering dihadapi oleh para pemuda di belahan dunia adalah masalah pergaulan. Dimana pun. Bahkan setiap tahun, rakyat Amerika membelanjakan US$10 billon untuk bahan pornografi manakala pada tahun 2003, Negara itu membelkanjakan US$396 billion untuk perlengkapan tentaranya.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh generasi muda adalah pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Ada cerita tentang seorang ayah dan anaknya ketikaberjalan-jalan di taman Haid Park yang terkenal. Di dalam taman tersebut, si anaknya mendapati sepasang kekasih yang berhubungan sexual di taman tersebut. Lalu si anak bertanya kepada ayahnya “Mereka sedang apa ?” Si ayah menjawab “Mereka itu binatang” Si anak bertanya lagi “Apa yang binatang itu kerjakan?” Maka si ayah enggan menjawabnya dan langsung pulang.
Kisah di atas hanya salah satu dari sekian kasus yang ada di dunia. Belum lagi kasus Homosexual (Gay atau Lesbian) yang sangat jorok. Dan akibatnya adalah banyaknya yang terjangkitnya virus HIV dan penyakit AIDS. Permasalahan dalam pergaulan memang masalah yang sangat serius.
Selain itu banyak juga di kalangan pemuda sekarang yang sangat ketinggalan informasi sehingga dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh orang-orang jahat yang mempunyai kepentingan pribadi dan golongannya sendiri. Apalagi banyak pemuda yang masih mengidap penyakit hedonistik dan hanya mementingkan kesenangannya dikala banyak kawan-kawan sebayanya dan bahkan adik-adiknya yang hidup kelaparan dalam keterbelakangan.
  1. Pendidikan Sebagai Solusi
Sebagai Umat Islam, Agama yang diridhoi Allah swt., jangan samapi kita kembali dalam lubang kokolotan dan kejumudan dalam kehidupan. Oleh karena itu pendidikan perlu digalakkan ketika zaman keemasan mulai muncul.
Asas utama yang harus melatar belakangi semua bentuk pemikiran dan kerangka tindakan generasi muda di dalam mengembalikan zaman kememasan peradaban Islam ialah pendidikan. Usaha yang bersepadu dalam menyantuni sistem pendidikan yang mewujudkan pencerahan pemikiran dan menyanjung tingginya akahlak harus menjadi yang utama dalam menyanjung Islam dengan segala nuansa kehidupan walaupun di tengah-tengah kemajuan sains dan teknologi barat.
Oleh karena itu kehidupan berbudaya perlu digalakkan. Budaya apa saja yang dapat mencemerlangkan dan dapat mengangkat derajat bangsa dan agama Islam. Ada empat budaya kecermelangan adalah satu, Budaya ilmu. Senantiasa dalam suasana keilmuan dalam setiap kesempatan; dua, budaya beragama. Senantiasa merujuk dan beramal dalam rangka sebagai hamba Allah swt; tiga, budaya berkepemiminan. Budaya hidup berorganisasi; adanya pemimpin dan pengikut; empat, budaya berjati diri. Kenal akan sejarah bangsa, kekuatan, kelemahan bangsa. Hidup sebagai bangsanya, beramal dan mempertahankan identitas bangsanya.
Selain pendidikan sektor materiil (ilmu pengetahuan dan teknologi), pendidikan di sektor pemikiran dan ruhani perlu ditamankan kepada para pemuda agar dapat menyeimbangi besarnya arus globalisasi dan menjaga mereka agar tidak terjebak dalam jurang hedomisme dan pemikiran yang menyesatkan.
Sebagai contoh, ada enam arah (sisi) pendidikan yang diterapkan oleh Ikhwanul Muslimin kepada para pemudanyanya. Keenam arah tersebut diceritakan oleh DR. Yusuf Qordhowi dalam bukunya, Tarbiyah Islamiyah Wa Madrasah Hasan Al-Banna. Keenam arah tersebut adalah :
a         Sisi pemikiran. Berfikir bahwa ajaran Islam adalah ibadah, meminta petunjuk adalah kewajiban, menuntut ilmu wajib, dan berfikir bahwa jumud adalah suatu yang hina, dan taqlid adalah tercela.
b        Sisi akhlaq. Sisi inilah yang sangat diperhatikan karena sebagai awal perubahan hidup bermasyarakat.
c         Sisi jasmani.
d        Sisi jihad. Yang maknanya lebih luas dari pada kemiliteran.
e         Sisi sosial.
f         Sisi politik. Yang berhubungan dengan masalah hokum, Undang-undang, hubungan pemerintah dan rakyat, dan hubungan intyernasional (Diplomasi). Ada tiga pelajaran penting dalam pendidikan politik dalam Ikhwan Muslimin. Satu, pentingnya kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan; dua, kesadaran dalam menegakkan hokum Allah swt di muka bumi; tga, kesadaran untuk menyatukan umat dalam satu ikatan persaudaraan.
Jika kedua sisi pendidikan yaitu pendidikan pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan ruhani dan pemikiran dapat berjalan dengan seimbang, maka tidak diragukan lagi akan dapat melahirkan generasi-generasi yang unggul dan siap berkancah dalam segala area kehidupan.
  1. Harapan Kepada Pemuda
Harapan akan perubahan dalam berkehidupan sekarang tertumpu kepada para pemuda yang merupakan penerus dan juga harapan masa depan. Banyak sekali harapan dari para tokoh nasional dan juga tokoh internasional akan bangkitnya Indonesia dari keterbelakangan dan keterpurukan pada pemuda sekarang. Terutama tokoh-tokoh Islam.
Justeru pemimpin muda Islam harus berusaha sungguh-sungguh untuk memehami sistem yang melatar belakangi pentas politik dunia. Para pemimpin Islam mesti mewujudkan budaya membaca dan menghadam secara serius pembahasan isu-isu global serta kritis dengan keputusan-kjeutusan yang dibuat di dalam sistem PBB (Persarikatan Bangsa Bangsa) yang secra langsuing melibatkan nasib umat Islam dan kesejahteraan dunia secara umum. Pemahaman yang jelas juga harus diprakarsai dengan ikut terlibat dalam strategik di tingkat-tingkat tertentu.
Kita perlu berusaha keras untuk melahirkan kepemimpinan muda yang bukan hanya dapat memimpin, tetapi dapat mengurus, pendidik – al-qaidul murabbi dan memiliki daya fakir yang dapat melahirkan pemimpin-pemikir – al-qaidul mufakir yang dapat berperan sebagai pemimpin perubahan.
Harapan Masyarakat terhadap Cendikiawan Muslim diantaranya adalah satu, sebagai sumber inspirasi; dua, sebagai khazanah ilmu; tiga, sebagai salah satu rujukan yang mampu menjelaskan suatu masalah; empat, sebagai contoh (suri tauladan) sebagai pembangkit kesadaran.
Dalam kehidupan bernegara harapan kepada para pemuda sangatlah besar. Karena mereka adalah para penerus yang akan melanjutkan jalannnya kehidupan generasi tua dalam bernegara.
DR. Yusuf Qordhowi menuliskan di bukuinya Min Fiqh Daulah Fi Al-Islam tentang tiga jalan (sarana) dalam beramar ma’ruf nahi munkar dalam pemerintahan. Yaitu lewat senjata, majlis perwakilan rakyat, dan demonstrasi. Jika ketiga tidak dapat membendung kemunkaran dalam suatu pememrintahan, maka hendaklah mendidik generasi muda agar dapat menlanjutkan estafeta amar ma’ruf nahi munkar.
Akhlak (moral) seorang pemuda tidak hanya perlu diperbaharui dalam ruang lingkup pergaulan saja. Tetapi juga akhlak dalam berpolitik sebagai bibit penopang keberhasilan dalam mengembalikan kembali keemasan umat Islam dari Indonesia. Sehingga kehidupan pada masa depan benar-benar manjadi zaman yang telah kita harapkan dari dulu. Yaitu zaman yang berkemajuan dan kuat dalam beriman. Dengan pemimpin yang berkualitas dalam ilmu pengetahuan dan kepemimpinan dan terlandsasi dengan budi luhur.
BAB III
PENUTUP
Jika kita kembali membaca sejarah umat Islam, kita akan menenukan sebuah peradaban yang keemasaannya mengalami maju mundur- maju mundur, dan tidak tertentu arahnya. Ini disebabkan oleh kekolotan dan tirani yang kejam di balik baju emas ilmu pengetahuan dan pemikiran yang tidak dilandasi oleh sikap toleransi dan akhlak yang mulia serta sikap yang mementingkan kepentingan pribadi, keluarga dan golongan. Hanya para pemuda yang ada pada golongannya lah yang terdidik. Di luar itu, para pemuda yang menjadi “oposisi” menjadi sebuah bom waktu yang setiap saat meledak dengan pemberontakan yang dapat menumbangkan kerajaan.
Oleh karena itu dalam mendidik para pemuda jangan hanya tebang pilih golongan sendiri. Akibatnya sangat besar sekali karena pemuda yang menikmati pendidikan dnegan yang tidak akan bertarung pada masa depan. Sehingga dapat dipastikan akan terjadi perang pemikiran dan bisa juga menjaid perang fisik.
Dalam mengajak pemuda untuk memasuki area pendidikan akan menemui berbagai perkara menarik. Ada yang mudah. Ada yang susah. Perlu suatu daya tarik yang dapat menimbulkan kesadaran pada diri pemuda sehingga pendidikan yang bermuara pada iman, takqa dan akhlak dapat mereka nikmati.
Permasalahan pemuda memang sangat kompleks ada di depan mata kita. Tetapi, bagaimana pun, mereka adalah harapan bangsa masa depan. Di tengah perjuangan dalam menuntut perubahan, masalah yang para pemuda hadapi adalah masalah pergaulan. Tidak dapat dipungkiri lagi. Kejadian-kejadian yang kita dengar dari berbagai media adalah masalah di depan kita. Itu karena pemikiran mereka telah diracuni oleh berbagai iming-imingan yang sangat menggiurkan.
Kita lihat saja peristiwa-peristiwa menggegerkan yang diledakkan oleh para pemuda yang berkumpul dalam Jaringan Islam Liberal. Oleh karena itu kekuatan yang diperoleh dari pengajaran ilmu pengetahuan kepada generasi muda Islam harus dimanfa’atkan untuk membentuk pandangan umum masyarakat tentang isu-isu yang melibatkan kepentingan masyarakat.
Semangat para pemuda dalam memperjuangkan kebebasan perlu dikontrol dengan saksama agar dalam menjalankannya bisa berjuang dengan baik sesuai hati nurani yang berbudi luhur. Jangan sampai terjebak dalam lubang pemikiran yang sesat ataupun lubang hedonisme yang berujung pada kerusakan moral mereka. Pemudalah dasar tombak tegaknya moralitas dan disintegrasi Negara kesatuan Republik Indonesia.
Sekarang kita memerlukan orang yang berfikir dan sanggup untuk berbuat suatu tindakan berkali-kali, terkun tanpa putus asa sehingga berjaya. Kita tidak mahu sindrom sekatat mengatakan “saya dah tahu” atau “ini sudah ada dalam Islam” atau sebagainya, tetapi katakanlah “saya akan / sedang bertindak untuk memastikan kejayaan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar