Hasil observasi
“analisis pembelajaran SD kelas
rendah”
DI SUSUN OLEH
Apriyanto Dadan Hermawan
Darajatun wisastra
Danil
Dessy Fidyati
Halimatussa’diah
Haesa santosa
Imam Fikri Ramadhan
Wilda Fijriyah
Yayah Murdiyah
Yuningsih
PGSD IV C
|
UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN AJARAN 2015/2016
Kata
Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah yang telah memberikan izin dan rahmat-Nya, sehingga atas
hidayah serta kemudahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah strategi
pembelajaran yang berjudul “Keterampilan Dasar Mengajar”. Shalawat serta salam
tidak lupa terhaturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Tentu
tak lupa dengan pepatah yang selalu mengingatkan kita bahwa, tak ada karya yang
sempurna, karna kesempurnaan hanya milik Allah swt, seperti pepatah mengatakan
tak ada gading yang tak retak, sama halnya dengan karya tulis ini, jika ada
ketidaksesuaian atau kekurangan, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan, terutama kepada dosen pengampu matakuliah strategi pembelajaran dan
umunya seluruh pembaca.
Serang, 18 september 2015
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar....................................................................................
i
Daftar
Isi .....................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar
Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan .....................................................................
1
D. Manfaat
Penulisan ................................................................... 2
BAB
II KAJIAN TEORI ....................................................................
3
2.1 Kajian
teori ……………………................................................
3
2.2 Hasil
Observasi .......................................................................
5
2.3 Pembahasan
............................................................................. 6
BAB
III PENUTUP.............................................................................
13
A. Kesimpulan
........................................................................... 13
B. Saran
....................................................................................
13
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................
14
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Observasi
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik.
Dalam hal ini kami selaku mahasiswa PGSD melakukan observasi di SD Islam Al-Azhar
10 Serang, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Laporan hasil observasi
ini disusun guna mememenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di SD Kelas Rendah. Dengan adanya observasi ini diharapkan kami dapat
mengetahui bagaimana seorang guru mengajar suatu pembelajaran (mata pelajaran Bahasa
Indonesia) yang baik dan benar, kemudian
kita terapkan ketika mengajar
nanti.
Pengajaran bahasa
indonesia bertujuan menjadikan
siswa terampil menggunakan bahasa
indonesia untuk berbagai
situasi dan kondisi,
baik secara lisan maupun
tulisan. Belajar itu
dapat berbentuk menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.
Salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap
siswa adalah keterampilan menulis. Melalui
keterampilan menulis siswa dapat
mengungkapkan ide, pikiran, perasaan, pengalaman baik
pengalaman sendiri maupun
orang lain. Kecermatan mengungkapkan
hal-hal itu merupakan wujud dari kemampuan menulis.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran
yang diajarkan di Sekolah Dasar. Namun dalam mengajarkan pelajaran tersebut
seringkali guru menemukan berbagai masalah diantaranya adalah siswa tidak
bersemangat atau tidak berminat dalam mengikuti pelajaran sehingga siswa
menjadi pasif atau tidak aktif. Selain itu, tidak ada minat dalam diri siswa
untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia dengan baik. Siswa juga kurang
terampil dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. bagaimana
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas rendah?
2. Bagaimana
pembelajaran membaca dan menulis permulaan di SD kelas rendah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas rendah.
2. Untuk
mengetahui pembelajaran membaca dan menulis permulaan di SD kelas rendah.
D. Manfaat Penulisan
Setelah
melakukan observasi di Sekolah Dasar, kami dapat memahami bagaimana cara
mengajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat mengaplikasikannya
ketika kami menjadi guru dimasa yang akan datang.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1
Pengertian
membaca permulaan
Membaca permulaan yang menjadi acuan
adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209). Membaca
merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat
fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca
mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses
recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu
dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya
menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata,
dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati
tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses
psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses
decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan
kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam
skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang
tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi’ie, 1999: 7).
Menurut La Barge dan Samuels (dalam
Downing and Leong, 1982: 206) proses membaca permulaan melibatkan tiga
komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c)
semantic memory (sm). Lambang lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata
dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya.
Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis,
sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut
juga dalam bentuk kata, dan kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari
VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan
kalimat.
Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan
membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi
arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Pada tingkatan membaca permulaan,
pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi
masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan
kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut
dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk memperoleh
kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a)
lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c)
memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu
proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan
dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada
penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu
kata atau kalimat.
2.1.2
Pembelajaran membaca permulaan
Pembelajaran
memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa
memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar,
sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran
membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk
menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini
sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca
lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan
yang terkandung dalam tulisan.Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk
belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya
pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem
tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman
walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman
isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca
permulaan (Syafi’ie,1999: 16).
2.1.3
Metode-metode membaca permulaan
Metode
adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu
maksud, cara mengajar (KBB,1984: 649). Sedangkan yang dimaksud dengan membaca
permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas 1
dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan
bahasa dan keterampilan bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.
Dalam
pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan, antara
lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4)
metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual Analitik
Sinteksis (SAS).(Alhkadiah,1992: 32-34)
2.1.4
Pengertian menulis permulaan
Menulis
adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang,membuat surat) dengan
tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993:968) menurut pengertian ini menulis
merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan.
Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan
yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21).
2.2 Hasil
Observasi
Observasi
ini kami lakukan pada kelas rendah yaitu
kelas 1. Observasi ini dilakukan pada
hari/tanggal
: Rabu, 29 April 2015
waktu
: 08.00 s/d selesai
tempat
: SD ISLAM AL-AZHAR 10
alamat : Kaujon Serang
Saat observasi di kelas rendah yaitu kelas I, guru yang
mengajar bernama ibu Diah Titin Muharamah M.pd. Guru tersebut mengajar
menggunakan RPP dan menggunakan buku panduan yaitu Buku Tematik.
Pada awal pembelajaran guru sangat bersemangat dan lantang
dalam mengendalikan suasana kelas sehinnga anak fokus memperhatikan guru di
depan. Pada saat guru mengajar, judul materi yang disamapaikan adalah musim kemarau. Siswa bersama guru
bermain tebak-tebakan sederhana kemudian guru memperlihatkan satu perlengkapan
yang digunakan pada musim kemarau. Kemudian guru menjelaskan cara membuat
ciri-ciri, mulai dari hal yang mudah terlihat seperti warna, bentuk, tekstur
dan rasa.
Setelah guru menjelaskan kemudian siswa di arahkan untuk
aktif. Pada materi tersebut terdapat gambar, kemudian Guru menugaskan anak
untuk membuat satu kalimat yang benar berdasarkan gambar yang terdapat pada
infokus. Kondisi anak pada saat itu banyak yang aktif bertanya dan ada beberapa
yang hanya diam tidak mau bertanya mengenai menyelesaian tugas yang diberikan
oleh guru. Tidak semua siswa menyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru,
hanya ada beberapa anak yang menyelesaikan tugas. Guru menilai hasil dari
siswa.
Dari kegiatan
pembelajaran yang sudah kami amati, tentunya sangat banyak pelajaran yang dapat
kami jadikan pengetahuan dan pembelajaran sebagai mahasiswa dan dapat kami
aplikasikan di masa yang akan datang ketika kami menjadi seorang pendidik.
Pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan
di kelas 1 SD Islam Al-Azhar 10 menggunakan kurikulum 2013, dimana guru hanya
sebagai fasilitator dan peserta didik yang berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran tersebut, guru sudah mampu
melaksanakan perannya sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan bagi siswa
karena lebih didominasi oleh keaktifan mereka, yaitu dengan memberi stimulus
agar siswa mau berpartisipasi.
2.3 Pembahasan
2.3.1
Pengertian
Pembelajaran adalah upaya mengkreasi
lingkungan dimana struktur kognitif murid dapat muncul dan berubah.
Karakteristik anak usia SD yang telah mampu melakukan koordinasi antara otak
dan ototnya sehingga mereka selalu aktif bergerak melakukan aktivitas baik
permainan maupun gerakan gerakan jasmaniah lainnya, seperti melompat, lari,
memegang pensil dan sebagainya. Tujuannya adalah menyediakan pengalaman belajar
yang member kesempatan murid mempraktikkan operasi-operasi itu.
Pembelajaran bahasa Indonesia SD kelas
rendah mencakup : perkembangan bahasa anak, pembelajaran membaca dan menulis
permulaan, pembelajaran sastra, pembelajaran terpadu (pendekatan pembelajaran
bahasa), evaluasi pembelajaran membaca-menulis kelas rendah.
2.3.2
Karakteristik Siswa Kelas Rendah
Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri
dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas
empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44). Di Indonesia, rentang usia siswa SD,
yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas
rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok
ini termasuk dalam rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa
yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu,
pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan
berkembang secara optimal.
Tahapan perkembangan berpikir tersebut,
kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
a. Konkrit
Konkrit
mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat
dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab
siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang
alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya
lebih dapat dipertanggungjawabkan.
b. Integratif
Pada
tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu
keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu,
hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke
bagian demi bagian.
c. Hierarkis
Pada
tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai
dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar
materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .
2.3.3
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas
Rendah mencakup:
Ø Perkembangan
Bahasa Anak
Anak mengenal bahasa
ketika berumur kurang dari setahun. Anak belum dapat mengucapkan kata namun
mereka dapat membedakan ucapan orang dewasa (Eimas dalam Zuhdi dan Budiarsih,
1996/1997:4). Setelah satu tahun bayi sudah dapat mengoceh, bermain dengan
bunyi yang sering disebut perkembangan pralinguistik. Bruner maupun Piaget mengatakan bahwa anak
mengalami perkembangan bahasa. Terdapat tiga fase perkembangan bahasa yaitu
perkembangan enaktif (periode melakukan tindakan dan pekerjaan), fase ekonik
(perkembangan khayalan 1-4 tahun) dan fase simbolik (anak menggunakan simbol
bahasa). Selanjutnya perkembangan prakmatik (penggunakan bahasa) pada anak
sekolah.
Ø Pembelajaran
Membaca dan Menulis Permulaan
Pembelajaran
keterampilan berbahasa yang mencakup empat aspek, menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis tidak dapat saling dipisahkan. Membaca merupakan salah satu jenis
kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif karena pembaca akan memperoleh
informasi, ilmu pengetahuan dan pengalaman baru.
Ø Pembelajaran
Sastra
Karya sastra memenuhi
berbagai kebutuhan (rohani dan menanamkan nilai-nilai kepada anak didik.
Melalui karya sastra anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka, seperti
cerita yang melukiskan seorang anak yang sering menolong sehingga disayangi
guru dan teman-temannya. Selain itu dengan karya sastra dapat membangkitkan
rasa ingin tahu mereka, menjadikan pengalaman lebih bermakna karena sebelum ke
kebun binatang anak-anak disarankan membaca buku tentang binatang atau
ceritanya.
Ø Pembelajaran
Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran terpadu
merupakan pendekatan yang dalam pelaksanaannya memadukan aspek-aspek bahasa.
Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
antara aspek keterampilan tidak boleh dipisah-pisah, keempat aspek
tersebut dapat dipadukan.
Ø Evaluasi
Pembelajaran Membaca dan Menulis
Evaluasi atau penilaian
merupakan alat ukur pencapaian tujuan. Penilaian dapat berbentuk tes dan
nontes.
Evaluasi pembelajaran
membaca permulaan mencakup butir-butir : ketepatan menyuarakan kalimat,
kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan pemahaman
makna atau isi bacaan.
Evaluasi pembelajaran
menulis permulaan, yang menjadi tujuan adalah menulis kata dan kalimat
sederhana, menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat sederhana dan
menceritakan dan menulis benda-benda yang dikenal di sekitar dengan kalimat
sederhana.
2.3.4
Macam-macam Metode Pembelajaran di Kelas
Rendah
Macam-macam
metode pembelajaran di kelas rendah menurut Mackey sebagai berikut:
Ø Metode
Eja
Metode eja
memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan
sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F
f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya.
Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis lambang tulisan, seperti a, b, c,
d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan
ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata dengan cara
merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a
→ ba )
d, u → du ( dibaca de,
u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u
→ bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u
→ ku ) contoh, ambillah kata’’
Proses pembelajaran
selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh perangkaian
huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
Kelemahan yang mendasar
dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal abjad dengan
baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian huruf yang
berupa suku kata atau kata
Ø Metode
suku kata dan metode kata
Metode ini diawali
dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu,
da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut
kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Misalnya :
ba – bi cu – ci da – da ka – ki
ba – bu ca – ci du – da ku – ku
bi – bi ci – ca da – du ka
– ku
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
Perangkaian suku kata
menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan
proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa
terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku
kata. Kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode kupas
rangkai.
Ø Metode
Global
Metode Global artinya
secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada
murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang
sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca
kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Sebagai contoh :
-
Memperkenalkan gambar dan kalimat
-
Menguraikan salah satu kalimat menjadi
kata, kata menjadi suku kata
-
Kata menjadi huruf-huruf
Ini
mama
i
n i m a m a
i
-ni ma - ma
i
– n – i m - a
– m –a
Ø Metode
Structural Analisis Sintesis(SAS)
Metode ini mengawali
pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah
kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna
lengkap , yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun
konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika strukturnya
kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan metode ini adalah
struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu
sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh
nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara.
Proses penguraian atau
pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi :
1. Kalimat
menjadi kata-kata
2. Kata
menjadi suku-suku kata
3. Suku
kata menjadi huruf-huruf
2.3.5 Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas
Rendah
Berikut sejumlah teknik pengajaran
bahasa Indonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa Indonesia:
·
Teknik Ceramah
Pelaksanaan
teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau
informasi tentang ilmu pengetahuan.
·
Teknik Tanya Jawab
Teknik
tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampialn menyimak, membaca,
berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat
bertanya pada guru.
·
Teknik Diskusi Kelompok
Teknik
ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama
dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa
lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
·
Teknik Pemberian Tugas
Teknik
ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki
keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti
membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
·
Teknik Bermain Peran
Teknik
ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam
hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri
sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter,
pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu diharapkan siswa dapat menghargai
jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
·
Teknik Karya Wisata
Teknik
ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang berkaitan
dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat pameran
atau tempat karya wisata lainnya.
·
Teknik Sinektik
Strategi
pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk menjadikan suatau
masyarakat intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk bertindak kreatif
dan menjelajahi gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam,
teknologi, bahasa dan seni.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran
adalah upaya mengkreasi lingkungan dimana struktur kognitif murid dapat muncul
dan berubah. Karakteristik anak usia SD yang telah mampu melakukan koordinasi
antara otak dan ototnya sehingga mereka selalu aktif bergerak melakukan
aktivitas baik permainan maupun gerakan gerakan jasmaniah lainnya, seperti
melompat, lari, memegang pensil dan sebagainya. Tujuannya adalah menyediakan
pengalaman belajar yang member kesempatan murid mempraktikkan operasi-operasi
itu.
Pembelajaran
bahasa Indonesia SD kelas rendah mencakup : perkembangan bahasa anak,
pembelajaran membaca dan menulis permulaan, pembelajaran sastra, pembelajaran
terpadu (pendekatan pembelajaran bahasa), evaluasi pembelajaran membaca-menulis
kelas rendah.
B.
Saran
Kegiatan
observasi di kelas merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat. Untuk itu
disarankan pada calon guru seperti kita dapat mengetahui bagaimana seorang guru
mengajar suatu pembelajaran. Kemudian, kita sebagai seorang calon guru tentunya
dapat memilih mana yang baik dan tidak baik untuk diajarkan kepada siswa kita
ketika sudah mengajar kelak.
Daftar
Pustaka
http://estijayanti.blogspot.com/2014/01/pembelajaran-bahasa-indonesia-pada.html.
diakses pada tanggal 7 mei 2015
https://hendisuhendi2012.wordpress.com/tag/teori-sas-teori-baca-kelas-rendah-sd/.
Diakses pada tanggal 29 april 2015
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar