Senin, 28 Desember 2015

analisis pembelajaran sd kelas rendah



Hasil observasi
“analisis pembelajaran SD kelas rendah”

DI SUSUN OLEH
Apriyanto Dadan Hermawan
Darajatun wisastra
Danil
Dessy Fidyati
Halimatussa’diah
Haesa santosa
Imam Fikri Ramadhan
Wilda Fijriyah
Yayah Murdiyah
Yuningsih

PGSD IV C


Description: F:\images.jpg

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN AJARAN 2015/2016





Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan izin dan rahmat-Nya, sehingga atas hidayah serta kemudahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah strategi pembelajaran yang berjudul “Keterampilan Dasar Mengajar”. Shalawat serta salam tidak lupa terhaturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Tentu tak lupa dengan pepatah yang selalu mengingatkan kita bahwa, tak ada karya yang sempurna, karna kesempurnaan hanya milik Allah swt, seperti pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak, sama halnya dengan karya tulis ini, jika ada ketidaksesuaian atau kekurangan, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, terutama kepada dosen pengampu matakuliah strategi pembelajaran dan umunya seluruh pembaca.

Serang, 18 september 2015


Kelompok 7





DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................... i
Daftar Isi ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A.    Latar Belakang ................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan ..................................................................... 1
D.    Manfaat Penulisan ................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................... 3
2.1  Kajian teori ……………………................................................ 3
2.2  Hasil Observasi ....................................................................... 5
2.3  Pembahasan ............................................................................. 6
BAB III PENUTUP............................................................................. 13
A.    Kesimpulan ........................................................................... 13
B.     Saran .................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 14
LAMPIRAN-LAMPIRAN




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Observasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam  mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik. Dalam hal ini kami selaku mahasiswa PGSD melakukan observasi di SD Islam Al-Azhar 10 Serang, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Laporan hasil observasi ini disusun guna mememenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Kelas Rendah. Dengan adanya observasi ini diharapkan kami dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar suatu pembelajaran (mata pelajaran Bahasa Indonesia) yang baik dan benar, kemudian  kita terapkan ketika  mengajar nanti.
Pengajaran  bahasa  indonesia  bertujuan  menjadikan  siswa  terampil menggunakan  bahasa  indonesia  untuk  berbagai  situasi  dan  kondisi,  baik secara  lisan  maupun  tulisan.  Belajar  itu  dapat  berbentuk  menyimak, membaca,  berbicara, dan  menulis.  Salah  satu  keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap siswa adalah keterampilan   menulis. Melalui keterampilan menulis  siswa  dapat  mengungkapkan  ide, pikiran,  perasaan, pengalaman  baik  pengalaman  sendiri  maupun  orang  lain. Kecermatan mengungkapkan hal-hal itu merupakan wujud dari kemampuan menulis.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Namun dalam mengajarkan pelajaran tersebut seringkali guru menemukan berbagai masalah diantaranya adalah siswa tidak bersemangat atau tidak berminat dalam mengikuti pelajaran sehingga siswa menjadi pasif atau tidak aktif. Selain itu, tidak ada minat dalam diri siswa untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia dengan baik. Siswa juga kurang terampil dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

B.      Rumusan Masalah
1.      bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas rendah? 
2.      Bagaimana pembelajaran membaca dan menulis permulaan di SD kelas rendah?

C.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas rendah.
2.      Untuk mengetahui pembelajaran membaca dan menulis permulaan di SD kelas rendah.

D.      Manfaat Penulisan
Setelah melakukan observasi di Sekolah Dasar, kami dapat memahami bagaimana cara mengajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat mengaplikasikannya ketika kami menjadi guru dimasa yang akan datang.






























BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  Kajian Teori
2.1.1        Pengertian membaca permulaan
Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209). Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi’ie, 1999: 7).
Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.
Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.
2.1.2        Pembelajaran membaca permulaan
Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan.Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999: 16).
2.1.3        Metode-metode membaca permulaan
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar (KBB,1984: 649). Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas 1 dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan, antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4) metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual Analitik Sinteksis (SAS).(Alhkadiah,1992: 32-34)
2.1.4        Pengertian menulis permulaan
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang,membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993:968) menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21).    

2.2  Hasil Observasi
Observasi ini kami lakukan pada  kelas rendah yaitu kelas 1. Observasi ini dilakukan pada
hari/tanggal           : Rabu, 29 April 2015
waktu                    : 08.00 s/d selesai
tempat                  : SD ISLAM AL-AZHAR 10
alamat                   : Kaujon Serang

Saat observasi di kelas rendah yaitu kelas I, guru yang mengajar bernama ibu Diah Titin Muharamah M.pd. Guru tersebut mengajar menggunakan RPP dan menggunakan buku panduan yaitu Buku Tematik.
Pada awal pembelajaran guru sangat bersemangat dan lantang dalam mengendalikan suasana kelas sehinnga anak fokus memperhatikan guru di depan. Pada saat guru mengajar, judul materi yang disamapaikan adalah musim kemarau. Siswa bersama guru bermain tebak-tebakan sederhana kemudian guru memperlihatkan satu perlengkapan yang digunakan pada musim kemarau. Kemudian guru menjelaskan cara membuat ciri-ciri, mulai dari hal yang mudah terlihat seperti warna, bentuk, tekstur dan rasa.
Setelah guru menjelaskan kemudian siswa di arahkan untuk aktif. Pada materi tersebut terdapat gambar, kemudian Guru menugaskan anak untuk membuat satu kalimat yang benar berdasarkan gambar yang terdapat pada infokus. Kondisi anak pada saat itu banyak yang aktif bertanya dan ada beberapa yang hanya diam tidak mau bertanya mengenai menyelesaian tugas yang diberikan oleh guru. Tidak semua siswa menyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru, hanya ada beberapa anak yang menyelesaikan tugas. Guru menilai hasil dari siswa.

Dari kegiatan pembelajaran yang sudah kami amati, tentunya sangat banyak pelajaran yang dapat kami jadikan pengetahuan dan pembelajaran sebagai mahasiswa dan dapat kami aplikasikan di masa yang akan datang ketika kami menjadi seorang pendidik.
Pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas 1 SD Islam Al-Azhar 10 menggunakan kurikulum 2013, dimana guru hanya sebagai fasilitator dan peserta didik yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran tersebut, guru sudah mampu melaksanakan perannya sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan bagi siswa karena lebih didominasi oleh keaktifan mereka, yaitu dengan memberi stimulus agar siswa mau berpartisipasi.

2.3  Pembahasan
2.3.1        Pengertian
Pembelajaran adalah upaya mengkreasi lingkungan dimana struktur kognitif murid dapat muncul dan berubah. Karakteristik anak usia SD yang telah mampu melakukan koordinasi antara otak dan ototnya sehingga mereka selalu aktif bergerak melakukan aktivitas baik permainan maupun gerakan gerakan jasmaniah lainnya, seperti melompat, lari, memegang pensil dan sebagainya. Tujuannya adalah menyediakan pengalaman belajar yang member kesempatan murid mempraktikkan operasi-operasi itu.
Pembelajaran bahasa Indonesia SD kelas rendah mencakup : perkembangan bahasa anak, pembelajaran membaca dan menulis permulaan, pembelajaran sastra, pembelajaran terpadu (pendekatan pembelajaran bahasa), evaluasi pembelajaran membaca-menulis kelas rendah.
2.3.2        Karakteristik Siswa Kelas Rendah
Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44). Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
a.       Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
b.      Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
c.       Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .
2.3.3        Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah mencakup:
Ø  Perkembangan Bahasa Anak
Anak mengenal bahasa ketika berumur kurang dari setahun. Anak belum dapat mengucapkan kata namun mereka dapat membedakan ucapan orang dewasa (Eimas dalam Zuhdi dan Budiarsih, 1996/1997:4). Setelah satu tahun bayi sudah dapat mengoceh, bermain dengan bunyi yang sering disebut perkembangan pralinguistik.  Bruner maupun Piaget mengatakan bahwa anak mengalami perkembangan bahasa. Terdapat tiga fase perkembangan bahasa yaitu perkembangan enaktif (periode melakukan tindakan dan pekerjaan), fase ekonik (perkembangan khayalan 1-4 tahun) dan fase simbolik (anak menggunakan simbol bahasa). Selanjutnya perkembangan prakmatik (penggunakan bahasa) pada anak sekolah.


Ø  Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan
Pembelajaran keterampilan berbahasa yang mencakup empat aspek, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tidak dapat saling dipisahkan. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif karena pembaca akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan dan pengalaman baru.
Ø  Pembelajaran Sastra
Karya sastra memenuhi berbagai kebutuhan (rohani dan menanamkan nilai-nilai kepada anak didik. Melalui karya sastra anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka, seperti cerita yang melukiskan seorang anak yang sering menolong sehingga disayangi guru dan teman-temannya. Selain itu dengan karya sastra dapat membangkitkan rasa ingin tahu mereka, menjadikan pengalaman lebih bermakna karena sebelum ke kebun binatang anak-anak disarankan membaca buku tentang binatang atau ceritanya.
Ø  Pembelajaran Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang dalam pelaksanaannya memadukan aspek-aspek bahasa. Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa  antara aspek keterampilan tidak boleh dipisah-pisah, keempat aspek tersebut dapat dipadukan.
Ø  Evaluasi Pembelajaran Membaca dan Menulis
Evaluasi atau penilaian merupakan alat ukur pencapaian tujuan. Penilaian dapat berbentuk tes dan nontes.
Evaluasi pembelajaran membaca permulaan mencakup butir-butir : ketepatan menyuarakan kalimat, kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan pemahaman makna atau isi bacaan.

Evaluasi pembelajaran menulis permulaan, yang menjadi tujuan adalah menulis kata dan kalimat sederhana, menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat sederhana dan menceritakan dan menulis benda-benda yang dikenal di sekitar dengan kalimat sederhana.
2.3.4        Macam-macam Metode Pembelajaran di Kelas Rendah
Macam-macam metode pembelajaran di kelas rendah menurut Mackey sebagai berikut:

Ø  Metode Eja
Metode eja memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis lambang tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya.

Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku ) contoh, ambillah kata’’

Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.

Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata
Ø  Metode suku kata dan metode kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Misalnya :

ba – bi                  cu – ci              da – da                        ka – ki
ba – bu                 ca – ci              du – da                        ku – ku
bi – bi                   ci – ca              da – du                        ka – ku
ba – ca                  ka – ca             du – ka                        ku – da
Perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata. Kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode kupas rangkai.

Ø  Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Sebagai contoh :
-        Memperkenalkan gambar dan kalimat
-        Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata
-        Kata menjadi huruf-huruf
Ini mama
i n i                                   m a m a
i -ni                                   ma - ma
i – n – i                             m - a – m –a
Ø  Metode Structural Analisis Sintesis(SAS)
Metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap , yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika strukturnya kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara.

Proses penguraian atau pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi :
1.      Kalimat menjadi kata-kata
2.      Kata menjadi suku-suku kata
3.      Suku kata menjadi huruf-huruf
2.3.5  Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah
Berikut sejumlah teknik pengajaran bahasa Indonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa Indonesia:
·         Teknik Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan.
·         Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampialn menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada guru.
·         Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
·         Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
·         Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu diharapkan siswa dapat menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
·         Teknik Karya Wisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat pameran atau tempat karya wisata lainnya.


·         Teknik Sinektik
Strategi pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk menjadikan suatau masyarakat intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, bahasa dan seni.
    






















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pembelajaran adalah upaya mengkreasi lingkungan dimana struktur kognitif murid dapat muncul dan berubah. Karakteristik anak usia SD yang telah mampu melakukan koordinasi antara otak dan ototnya sehingga mereka selalu aktif bergerak melakukan aktivitas baik permainan maupun gerakan gerakan jasmaniah lainnya, seperti melompat, lari, memegang pensil dan sebagainya. Tujuannya adalah menyediakan pengalaman belajar yang member kesempatan murid mempraktikkan operasi-operasi itu.
Pembelajaran bahasa Indonesia SD kelas rendah mencakup : perkembangan bahasa anak, pembelajaran membaca dan menulis permulaan, pembelajaran sastra, pembelajaran terpadu (pendekatan pembelajaran bahasa), evaluasi pembelajaran membaca-menulis kelas rendah.

B.     Saran
Kegiatan observasi di kelas merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat. Untuk itu disarankan pada calon guru seperti kita dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar suatu pembelajaran. Kemudian, kita sebagai seorang calon guru tentunya dapat memilih mana yang baik dan tidak baik untuk diajarkan kepada siswa kita ketika sudah mengajar kelak.














Daftar Pustaka












Tidak ada komentar:

Posting Komentar