Tantangan
Moral Anak Bangsa
Seiring
dengan kemajuan teknologi informasi (khususnya internet), hampir sepuluh tahun
setelah terbitnya buku tersebut, fenomena kehidupan bebas masyarakat seperti
terjadi loncatan (skip) yang jauh. Munculnya berbagai pemberitaan di media
massa tentang gaya hidup hedon generasi muda menjadi bukti betapa masyarakat
kita sedang berada pada kondisi shock culture (kekagetan budaya). Fenomena
kumpul kebo, perzinahan, perselingkuhan yang didokumentasikan dalam gambar
digital dan video yang disebarluaskan melalui dunia maya telah semakin massif.
Gambar bugil dan video porno yang dibintangi oleh penduduk pribumi bermunculan
bak jamur di musim hujan. Mulai dari pelajar SMP dan SMA, mahasiswa, pengusaha,
hingga kalangan selebriti dan mantan anggota DPR. Menurut data JBDK, video
porno dengan ”bintang film” dan ”karya” anak negeri berjumlah lebih dari 500
buah, dan kemungkinan akan terus bertambah.
Kasus
video mesum artis top tanah air beberapa waktu lalu seperti diingatkan kembali
pada kasus-kasus sebelumnya. Sungguh, ini adalah fenomena sosial yang sangat
memprihatinkan. Sebuah gambaran moralitas yang tidak pernah terbayangkan 20
tahun sebelumnya. Pertanyaannya adalah, apa sebenarnya yang terjadi pada
masyarakat kita, khususnya generasi muda?
Banyak
para ahli sosial berpendapat, bahwa fenomena pergaulan bebas yang direkam dalam
teknologi digital, disamping karena faktor pergeseran nilai-nilai moral yang
disebabkan oleh banyak faktor, sesungguhnya merupakan bukti kegagapan
masyarakat terhadap teknologi tersebut. Banyak masyarakat yang belum mengerti,
apa sesungguhnya manfaat dan madharat teknologi digital.
Menurut
pakar telematika, peristiwa yang direkam dalam kamera, sesungguhnya telah
mengabadikan peristiwa tersebut dalam arti sesungguhnya, karena gambar yang
telah dihapus ternyata dapat di-recovery dengan software khusus. Apalagi
direkam dengan menggunakan kamera HP yang terhubung dengan satelit, maka sangat
mungkin dapat dilihat atau dicuri oleh orang lain. Dengan demikian, sebuah peristiwa
yang sangat pribadi sekalipun, jika direkam dalam kamera digital, sejatinya
telah disimpan dalam ruang publik.
Psikologi Moral
Terus,
apa tanggapan kaum Agamawan terhadap fenomena tersebut? Jelas, mereka
mengatakan bahwa masyarakat, khususnya generasi muda telah mengalami problem
moral yang sangat memprihatinkan. Mereka sedang berada pada titik nadir
peradaban umat manusia yang paling rendah, karena telah meninggalkan
nilai-nilai etis dan religius yang selama ini menjadi pegangan hidup. Meminjam
istilah al-Quran, jika manusia tidak mengindahkan lagi batas-batas moral, maka
mereka seperti binatang, bahkan lebih sesat lagi.
K.
Bertens, dalam bukunya Etika (2007) mengatakan bahwa moralitas merupakan suatu
dimensi nyata dalam hidup setiap manusia, baik pada tahapan perorangan maupun
sosial. Moralitas hanya terdapat pada manusia dan tidak pada makhluk lain, dan
makhluk yang paling dekat dengan manusia adalah binatang. Karena itu, dalam
terminologi filsafat, untuk menentukan kekhususan manusia sering dibandingkan
dengan binatang. Dalam ilmu logika, manusia didefinisikan sebagai binatang yang
berfikir (al-hayawan al-nathiq).
Kemudian,
apa yang dimaksud moral itu? Para ahli mendefinisikan moral sebagai perbuatan
manusia yang berkaitan dengan baik dan buruk, meskipun tidak berlaku untuk
semua orang dan bangsa. Baik dan buruk dalam arti etis memiliki peranan sangat
penting dalam hidup manusia. Bukan saja sekarang ini, tetapi juga masa lampau
dan sepanjang masa. Ilmu-ilmu seperti antropologi budaya dan sejarah menjelaskan
bahwa pada semua bangsa dan dalam segala zaman ditemukan keinsafan tentang baik
dan buruk, tentang mana yang harus dilakukan, dan yang tidak boleh dilakukan.
Pertanyaan
berikutnya adalah, bagaimana perbuatan moral itu muncul dan berkembang? Menurut
Jean Piaget, seorang psikolog Perancis mengatakan bahwa kemunculan dan
perkembangan moral ditentukan oleh perkembangan kognitif seseorang. Pendapat
ini kemudian dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg, psikolog Amerika, dalam Stage
of Moral Development (1971), bahwa perkembangan moral manusia ditentukan oleh
tiga tahap, yaitu tahap pra-konvensional, konvensional dan pasca-konvensional.
Demikian juga Ibn Miskawaih mengatakan bahwa moral manusia mengikuti
perkembangan daya-daya jiwanya, seperti akal, hati, dan nafs.
Inti
dari pendapat para ahli tersebut menegaskan, bahwa perkembangan moral seseorang
lebih ditentukan oleh perkembangan rasionya. Artinya, semakin tinggi kualitas
rasio atau kemampuan akademik seseorang, seharusnya semakin tinggi kualitas
moralnya. Apalagi, tujuan dari pencapaian akademik adalah untuk mencapai
tingkat kehidupan yang maju, baik dan bahagia.
Jika
dihubungkan dengan fenomena terkuaknya gaya hidup dan perilaku selebritas kita
melalui gambar-gambar bugil dan video mesum belakangan ini, seperti membalikkan
teori para ahli tersebut, bahwa tingkat rasio yang lebih baik, seperti
selebriti, politisi, pengusaha atau kaum terdidik lainnya yang dianggap sebagai
kasta kelas atas, tidak berbanding lurus dengan kualitas moralnya. Posisi
sosial yang terhormat di tengah masyarakat, tidak menjadikan diri mereka untuk
lebih baik, meskipun masih banyak di antara mereka yang baik.
Menarik apa yang
dikatakan Al-Ghazali dalam membagi manusia kepada empat kelompok kriteria
moral, yang juga bisa untuk memetakan moral masyarakat:
Pertama,
seseorang yang sepenuhnya lugu atau polos yang tidak mampu membedakan antara
yang baik dan buruk, tetap dalam keadaan fitrah seperti ketika dilahirkan, dan
dalam keadan kosong dari segala kepercayaan. Ambisinya tidak begitu kuat untuk
mendorongnya mengikuti berbagai kesenangan hidup. Orang seperti ini sangat
cepat dalam proses perbaikan moralnya, dengan cukup membutuhkan pembimbing
dalam hidupnya.
Kedua,
seseorang yang secara pasti telah mengetahui sesuatu yang buruk tetapi ia belum
terbiasa mengerjakan perbuatan baik, bahkan ia cenderung mengikuti hawa
nafsunya melakukan perbuatan-perbuatan buruk daripada mengikuti pertimbangan
akal sehat untuk melakukan perbuatan baik. Perbaikan moral seperti ini tentu
tingkat kesulitannya melebihi dari tipe pertama. Sebab, usaha yang harus
dilakukan bersifat ganda, selain mencabut akar-akar kebiasaan buruknya, orang
tersebut secara serius dan konsisten melakukan latihan-latihan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik. Namun, jika hal ini dilakukan sungguh-sungguh, maka
perbaikan moral akan terlaksana.
Ketiga,
seseorang yang berkeyakinan bahwa perangai-perangai buruk merupakan sesuatu
yang wajib dilakukan dan perbuatan itu dianggap baik dan menguntungkan. Orang
tersebut tumbuh dengan keyakinan seperti itu. Terhadap kriteria orang seperti
ini, maka sungguh merupakan usaha yang sangat berat dan jarang sekali yang
berhasil memperbaikinya. Karena terlalu banyak penyebab kesesatan jiwanya.
Keempat,
seseorang yang diliputi pikiran-pikiran buruk, seiring dengan pertumbuhan
dirinya, dan terdidik dalam pengalaman (lingkungan) yang buruk. Sehingga
ketinggian derajatnya diukur dengan seberapa banyak perbuatan-perbuatan jahat
yang ia lakukan dan bahkan dengan banyaknya jiwa-jiwa manusia yang ia
korbankan. Orang seperti ini berada dalam tingkatan orang yang paling sulit
untuk diobati. Usaha memperbaiki moralitas orang ini bisa dikatakan sia-sia.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Slots with the BEST Games 2021 - DRMCD
BalasHapusPlay the latest slots and table games baoji titanium with our award winning 광주 출장안마 partners! 포천 출장샵 to the list of the best 세종특별자치 출장안마 slot machine games 안산 출장마사지 with the greatest player satisfaction.